Oleh : Djoko Tetuko – Pemimpin Redaksi Transparansi
Setelah menunggu nasib tidak jelas alias terkatung-katung, akhirnya terjawab sudah bahwa persepakbolaan Indonesia kini benar-benar “mati suri”. PSSI sudah menyatakan menunda kompetisi Liga 1, 2, dan 3 hingga tahun 2021.
Nasib tidak jelas dan terkatung-katung itu, ketika terakhir “Kompetisi Shopee Liga 1”, 18 klub (Madura United, Arema Malang, Persebaya Surabaya, Persela Lamongan, dan Persik Kediri/Jatim), PSIS Semarang, PSS Sleman, Persib Bandung, Persita Tangerang, Tira Persikabo Bogor, (Persija Jakarta dan Bhayangkara FC Jakarta), Bali United Bali, PSM Makasar, Persiraja Aceh, Borneo FC Samarinda, Barito Putra Banjarmasin, Persipura Jayapura. Kini antara “hidup dan mati”.
Klub dengan menopang anggaran sangat terbatas, dan belum murni profesional, mau tidak mau harus mengeluarkan anggaran tidak sedikit. Karena sudah telanjur mengontrak pelatih dan pemain, melakukan latihan rutin, dan menunggu kompetisi ternyata berhenti, “mati suri”.
Kompetisi Liga 1 2020-2021, musim ini
direncanakan akan dimulai pada 29 Februari 2020 dan dijadwalkan berakhir pada minggu pertama November 2020. Namun kompetisi dihentikan sementara pada 15 Maret 2020 karena pandemi Covid-19.
Musim ini direncanakan akan kembali dimulai pada 1 Oktober 2020 dan dijadwalkan akan berakhir pada 28 Februari 2021. Namun kompetisi kembali dihentikan 2 hari sebelum kompetisi dimulai lagi karena Polri tidak memberikan izin keramaian selama pandemi Covid-19.
Kesepakatan telah dicapai. Seluruh tim peserta Shopee Liga 1 2020 sepakat agar lanjutan kompetisi tetap dijalankan, sesuai dengan keputusan penundaan selama satu bulan kemarin.
Konsensus ini dicapai dalam pertemuan tim peserta Liga 1 di Yogyakarta. Pada Selasa, (13/10) sore.
Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Akhmad Hadian Lukita membenarkan bila kesepatan diantara pihaknya dengan tim peserta telah tercapai. Demikian pula dengan PSSI. Kompetisi dilanjutkan pada 1 November 2020 dengan semangat: “Memajukan Sepak Bola Nasional”
Semua sepakat agar kompetisi dilanjutkan dengan penerapan protokol kesehatan, sampai menggerakkan kembali perekonomian masyarakat bawah. Oleh karena itu 18 klub sepakat menyatakan;