Oleh : Djoko Tetuko – Pemimpin Redaksi WartaTransparansi
Dalam suasana masa pandemi virus Corona tidak menentu, tidak ada jaminan kapan akan berakhir. Satuan Tugas Penanganan dan Percepatan Covid-19 bekerjasama dengan insan pers.
Melakukan gerakan dengan berbagai proses mematangkan dan menajamkan, menjadikan jurnalis sebagai salah satu garda terdepan perusahaan pers melakukan kampanye perubahan perilaku masyarakat dalam upaya bersama-sama melawan pandemi Covid-19.
Sekedar mengingatkan bahwa bangsa Indonesia dengan jumlah umat Islam terbanyak hingga tahun 70-an masih mengajarkan di sekolah pelajaran budi pekerti (akhlaq mulia / moral baik). Itu berarti dalam hal kampanye memerangi Covid-19 dalam waktu cukup panjang, maka bukan pengubah perilaku, itu salah kaprah.
Tetapi mengembalikan perilaku anak bangsa Indonesia ketika sudah hampir 50 tahun (setengah abad) digusur budaya modern tanpa sopan santun. Tanpa pelajaran budi pekerti.
Mengapa demikian? Kampanye memerangi Covid-19 paling populer hanya 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak). Tetapi perilaku budi pekerti asli dari leluhur bangsa Indonesia lebih dari itu (di tempat keramaian apalagi berdebu, menutup mulut dengan sapu tangan, paling tidak dengan tangan).
Hidup bersih untuk diri sendiri, di rumah, di sekolah, di tempat kerja, tempat ibadah, dan lingkungan.
Ketika sakit atau mengunjungi orang sakit, menjaga jarak dengan tetap berperilaku sopan santun (andab asor, Jawa), tetap menghormati yang sakit dan menjaga silaturrahmi.
Ibadah tetap dilaksanakan nomer satu, dengan tatanan sesuai kemampuan dan keadaan masing-masing. Bukan “perintah massal merusak aqidah dan akhlaq anak bangsa”. secara terselubung.
Dalam silaturrahmi dan komunikasi selalu menjaga performance (sikap selalu bersih dan rapih) secara menyeluruh. Hal itu diperkuat dengan cara berpakaian stabdar atau resmi (bukan hanya pakai kaos oblong), berdialog maupun bertegur sapa dengan nada terjaga, dam saling memberi penghargaan sedemikian rupa.
Oleh karena itu, jika sekarang ketika masa pandemi Covid-19 tidak menentu kapan berakhir, maka kampanye perubahan perilaku, salah kaprah. Tetapi mengembalikan perilaku peninggalan nenek moyang yang lama hilang. Itulah tugas utama supaya swmua siap menghadapi virus Corona walau cukup lama.