Tajuk  

Hari Batik “Sebuah” Introspeksi

Hari Batik “Sebuah” Introspeksi
Djoko Tetuko

Oleh : Djoko Tetuko – Pemimpin Redaksi Transparansi

Hari ini, tanggal 2 Oktober 2020, hari batik nasional. Penghargaan untuk Indonesia dari UNESCO karena goresan karya penuh filosofi.

Batik berasal dari bahasa Jawa hamba dan titik. Yang berarti menulis atau melukis dari titik para selembar hamba (kain putih)

Inilah filosofi bahwa batik ialah kekayaan dan karya besar bangsa Indonesia, karena sesungguhnya mengandung makna sebagai introspeksi, sebagai cermin diri, sebagai lukisan jati diri sejati.

Jika manusia ketika lahir dalam keadaan telanjang dan suci, itulah hamba, kemudian dalam melanjutkan perjalanan hidup mulai “dibatik”, mulai diberi pakaian dan berbagai pernik menempel di tubuh sang jabang bayi, hingga menempelkan kain sendiri dalam warna warni berbagai corak.

Batik mengambarkam kain putih dengan kualitas berbeda-beda, dilukis mengikuti titik sebagai panduan bergambar. Itulah sejatinya manusia, setiap bangun tidur dan mengisi kehidupan seperti membatik dirinya.

Meletakkan titik-titik panduan perjalanan menuju ke arah positif dengan simbol gambar atau sebaliknya meneruskan titik dengan melukiskan simbol perilaku jahat atau angkarakurma. Inilah filosofi ketika manusia memaki batik, maka cermin diri dan warna kehidupan akan terwakili.

Menengok kembali sejarah batik di tanah Jawa, dulunya batik hanya dibuat oleh keluarga kerajaan. Kegiatan membatik oleh putra putri keraton dipandang sebagai kegiatan penuh nilai kerokhanian yang memerlukan pemusatan pikiran, kesabaran, dan kebersihan jiwa. Oleh karenanya, coraknya penuh dengan simbol dan corak-corak tertentu.

Corak batik yang dimiliki masing-masing daerah pun berbeda-beda. Misalnya, batik Semarangan yang memiliki corak flora dan fauna dengan warna-warna terang.

Meskipun terlihat sederhana, namun dalam setiap gores motif batik, terkandung makna filosofis yang mendalam. Diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan dunia pada tahun 2009, menegaskan kembali eksistensi batik di mata dunia.

Tahun 2014, Indonesia kembali mendapatkan sorotan membanggakan dari dunia atas prestasinya mengenai batik. Yakni dengan ditetapkannya Yogyakarta sebagai kota batik dunia. Untuk memperkaya pengetahuan Anda tentang batik Indonesia, berikut kami rangkum setiap makna dan filosofi batik Indonesia. Jadi, jangan sampai asal salah pilih batik.

Pada zaman dahulu, motif batik berbentuk mirip dengan pedang ini memiliki biasanya dipakai oleh bangsawan atau raja. Jenis batik parang ini juga dikenal sebagai batik tertua di Jawa. Batik parang pun memiliki beragam jenis motif, di antaranya yakni parang barong, parang rusak, parang kusumo, parang kecil, parang slobog dan parang klitik.

Parang barong itu hanya khusus untuk raja. Tidak dipakai untuk sehari-hari. Biasanya dipakai untuk acara kenegaraan.

Selain parang barong, terdapat juga motif parang rusak yang artinya berjuang untuk memperbaiki diri sendiri. Parang
artinya memerangi sifat – sifat yang rusak. Kalau ada sifat yang rusak atau keliru, tidak baik, itu bisa diubah untuk menjadi lebih baik.

Kawung, Motiv batik mirip biji pinang ini menyimpan banyak makna filosofi. Kawung ini juga menyimbolkan harapan untuk mendapatkan rezeki.
Kawung menjadi simbol arah mata angin, serta simbol keseimbangan. Kadang mirip seperti mata uang. Simbol mendapatkan rejeki atau kebaikan.