Radio benar-benar mampu menghipnotis pendengar dengan beraneka ragam informasi pilihan tersaji sesuai kebutuhan, sehingga tidak mendengarkan radio rasanya belum terpenuhi kebutuhan hidup aman, nyaman dan tenteram.
Hari ini, tanggal 11 September 2020, adalah peringatan 75 tahun Radio Republik Indonesia (RRI). Ada pertanyaan nakal sebagai sebuah perenungan, radio milik bangsa dan negara Indonesia ini. Masihkah RRI di Udara?
Menulis tentang RRI dengan berbagai siaran perjuangan dari ujung negeri sampai ujung perbatasan, pasti semakin menulis semakin asyik karena memang sejarah terlahir dari proses komunikasi dan informasi melalui radio bernama RRI. Itu dulu ketika belum lahir teknologi komunikasi dan informasi modern, apalagi berkembang menjadi informasi dan komunikasi berbasis digital.
Hari ini, 75 tahun silam RRI menjadi pembicaraan dalam medan peperangan maupun medan perpolitikan, juga medan berebutan kekuasaan. Puncak dari perebutan politik dan kekuasaan ketika pecah peristiwa G30S/PKI, tahun 1965.
RRI menjadi kebanggaan siapa saja, ketika suara mereka, suara keluarga mereka, suara anak bangsa, suara pemerintah, dan suara negara, terwakili menjadi suara RRI memancar ke seluruh penjuru nusantara. Juga dunia.
Hari ini, 11 September 2020, RRI sudah menjadi bagian dari persaingan media informasi dan komunikasi secara totalitas. RRI memang belum mengubah tagline “Sekali di Udara Tetap di Udara”, tetapi bahwa RRI sudah mengubah penampilan secara totalitas menjadi konvergensi media.
RRI memperkuat dengan jaringan media online dengan basis digital streaming (sehingga RRI sudah berwarna), RRI sudah menambah menu tidak hanya didengar, tetapi juga bisa dibaca setiap saat dengan media online basis internet, RRI.net. Berbagai terobosan, inovasi, kreasi terus dipacu bersama waktu, kadang memburu waktu, kadang menunggu waktu, kadang menyerah pada waktu.
RRI hari ini, RRI hari esok, RRI di masa mendatang dan masa kapan saja adalah radio suara publik, radio Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka dengan tanpa mengurangi rasa hormat kepada siapa saja, jauh elok jika radio anak bangsa ini berpegang teguh syair Ali bin Abi Thalib ra.
“Barang siapa di belakang jaman, dia akan digilas oleh jaman itu. Barang siapa bersama jaman, dia akan ditinggal oleh jaman itu. Dan barang siapa di depan, maka dia akan memimpin jaman itu”.
Hari ini bahasa anak mudah, RRI merayakan kelahiran 75 tahun, RRI tetaplah radio anak bangsa seluruh nusantara raya, RRI tetaplah radio kebanggaan bagi putra-putri ibu pertiwi, RRI tetaplah memadukan cita rasa kebangsaan dalam menjaga kemajemukan. Masihkah RRI di udara?
Sudahkan RRI di depan jaman. (@)