Tajuk  

RRI Masihkah di Udara

RRI Masihkah di Udara
Djoko Tetuko Abdul Latief

Oleh : DjokobTetuko – Pemimpin Redakdi Transparansi

Jaman dulu ketika teknologi komunikasi masih belum modern seperti sekarang ini, apalagi belum mengenal kemajuan teknologi digital, maka siaran radio menjadi pilihan utama.

Bahkan, tidak berlebihan memiliki radio di rumah pada era tahun 70-an merupakan satu kebanggaan tersendiri, sebagai simbol orang berkecukupan atau bahasa Jawa “orang punya” (wong Sugeh).

Radio jaman itu seperti “raja komunikasi dan informasi”, bahkan menjadi semacam alarem mengingatkan berangkat ke sekolah ketika pukul 06:00 WIB atau pukul 07:00 dengan tagline khas “Radio Republik Indonesia, Sekali di Udara Tetap di Udara”.

Tidak hanya sebatas tagline itu …, dilanjutkan dengan mengutip bait lagi 17 Agustus tahun 45, “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”. Dengan suara khas para penyiar seperti Sambas dan masih banyak lagi penyiar hebat bermartabat.

“Bapak atau ibu di rumah selalu mengingatkan, itu RRI sudah berita jam 6, ayo berangkat sekolah!!!”. Dan masih banyak potret kehidupan selalu menyebut nama RRI menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Ketika pebulutangkis jagoan dari kota Surabaya Rudy Hartono delapan kali menjadi juara Alla England dengan mengalahkan musuh bebuyutan Sven Pri maka begitu asyik mendengar radio laporan pandangan mata reporter-reporter andalan RRI waktu itu.

Anak-anak TK menyanyi lagu dengan pendamping sang ibu guru menjadi cerita sepanjang waktu, mendengarkan cerita ludruk dan wayang menjadi pengental kalbu, mendengarkan cerita drama radio seperti memperagakan drama di panggung saat itu. Begitu kuat radio mengikat jagad.

Masih tahun 80-an mendengarkan siaran langsung pandangan mata sepakbola dari radio juga sudah memuaskan hati. Bahkan jaman itu tidak jarang ada pendengar wafat mendadak gara-gara tim kebanggaan atau atlet kebanggaan kalah saat mendengarkan laporan pandangan mata dari speaker radio.

Radio menjadi alat komunikasi sangat komplit dengan siaran langsung pandangan mata, dengan lagu dan musik beraneka ragam dari daerah, juga lagu barat, dan tidak kalah menarik menikmati keroncong Waljinah bisa begitu menyatu dalam jiwa dan sanubari, walaupun hanya sekedar mendengar, tanpa memandang pendendang.