Tajuk  

Resesi = Resep Selesaikan Sendiri

Resesi = Resep Selesaikan Sendiri
Djoko Tetuko Abdul Latief

Oleh : Djoko Tetuko – Pemimpin Redaksi  WartaTransparansi

(Pengalaman PSBB Kaku, Ubah dengan Kebijakan Lentur)

Resesi secara makro karena pertumbuhan ekonomi mengalami minus, tinggal menunggu waktu. Itu setelah sejumlah negara maju dan negara berkembang menyatakan resesi.

Sinyal resesi di Indonesia diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Panjaitan, dan Menkopolhukam Mahfud MD.

Namun, walaupun Indonesia dilanda resesi ekonomi tidak akan membuat krisis ekonomi. Bahkan
meminta masyarakat tidak cemas dengan ancaman resesi ekonomi.

Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun berharap pertumbuhan ekonomi di kuartal III dan IV bisa mulai pulih. Paling tidak mendekati 0%. Sehingga pertumbuhan ekonomi nasional ada keseimbangan, setelah terpuruk akibat terdampak pandemi virus Corona.

Isu resesi ekonomi pada 2020 melanda negara maju maupun negara dalam proses menuju maju dan modern, sama-sama mengalami krisis akibat pandemi Covid-19.

Inggris mengonfirmasi masuk dalam jurang resesi dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 negatif hingga 20,4 persen. Sementara itu, negara yang selamat dari ancaman resesi adalah China. China sempat terkontraksi 6,8 persen pada kuartal I 2020 sejak pandemi Covid-19 menyerangnya di akhir 2019.

Namun pertumbuhan ekonomi kembali menyentuh angka positif 3,2 persen pada kuartal II 2020, meski Negeri Tirai Bambu ini tak berani menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020.

Amerika Serikat, Jerman, Hong Kong, Korea Selatan, dan
Filipina mengalami Pertumbuhan Ekonomi Minus 16,5 Persen

Di Indonesia dalam catatan pernah mengalami resesi ekonomi pada tahun 1998 terjadi pada masa pemerintahan Soeharto. Bahkan, peristiwa ini juga disebut-sebut menjadi penyebab utama tumbangnya masa Orde Baru setelah berkuasa selama 32 tahun.

Tercatat sebagai krisis ekonomi terparah di Asia Tenggara, resesi ekonomi Indonesia menimbulkan sejumlah dampak negatif bagi bangsa. Berawal dari krisis nilai tukar mata uang Thailand (Baht) kemudian melesat menjadi krisis di Asia Tenggara.

Membengkaknya utang negara dalam bentuk valuta asing menjadi salah satu pemicu yang memperparah resesi ekonomi Indonesia. Mulai dari utang pemerintah, BUMN hingga perusahaan swasta.

Utang negara per Maret 1998 mencapai 138 miliar dollar AS, di mana 72,5 miliar dollar di antaranya adalah utang swasta. Dua pertiga dari 72,5 dollar berjangka pendek. Dan 20 miliar dollar AS harus dibayar di tahun 1998.

Hal ini menyebabkan nilai Rupiah turun menjadi Rp 4.850/dollar AS pada tahun 1997. Sementara itu, lebih dari 70 persen perusahaan yang tercatat di pasar modal, bangkrut. Akibatnya, jumlah pengangguran bertambah dan garis kemiskinan juga meningkat mencapai sekitar 50 persen dari total penduduk.