Puisi Peringatan” dari Santrawan Jerman Berthold Damshauser Untuk Rohan (bag 5)

Puisi Peringatan” dari Santrawan Jerman Berthold Damshauser Untuk Rohan (bag 5)

Oleh : DjokobTetuko (Pemimpin Redaksi WartaTransparansi)

(Sehimpun Puisi “Bicara yang Baik-Baik” Dirut RRI – 5)

Sebagai pengamat sastra Indonesia berkebangsaan Jerman, tentu saja Berthold Damshauser memberi sebuah nilai seperti “Jerman Bersatu”, seperti simbol kota Berlin dengan monumen tembok pemisah itu, sudah tinggal kebenaran.

Alhamdulillah, 9 November 2019 lalu, saya menginjakkan kaki di bumi bersejarah itu, bumi Berthold Damshauser. Tentu saja bukan lagi mengorek tentang Jerman Barat dan Jerman Timur. Bukan pula menerawang liberal dan komunis, juga bukan pengaruh barat dan pikiran blok timur. Tetapi fokus menyorot Indonesia dari puisi dan sajak penyair penyiar ini.

Berthold Damshauser, sebagai pengamat Sastra Indonesia dari Universitas Bonn, Jerman, menggelitik dengan sebuah kalimat berbau sindiran kelas wahid, dimana ia menyatakan bahwa ini karya “puisi peringatan”. Puisi demikian diperlukan, khususnya untuk masa sekarang, utamanya juga untuk generasi muda. Sebab, M. Rohanudin pada puisi-puisinya telah memilih bahasa yang tepat, lugas dan tegas

Penyair Penyiar Penyemir aspirasi warna nusantara,
M. Rohanudin, bukan hanya menyatakan cintanya kepada negara dan bangsa Indonesia. Ia juga menyampaikan peringatan kepada pembaca:

… rumah bersama bernama Indonesia sedang menghadapi tantangan, bahkan ancaman yang tidak boleh disepelekan.
Bahwa kebersamaan adalah syarat untuk memecahkan segala masalah

Ia pun menghimbau ; “Jangan ada rasa selain aroma Indonesia! “. Barangkali puisi M. Rohanudin dapat disebut “puisi peringatan”.

Puisi Puisiku

Helai-helai rambutmu
melayang-layang di atas laguku
lagu rindu lebih teduh dari nyanyian teduhmu

lagu ini kupersembahkan padamu bait-bait liriknya separuh jingga separuh jiwaku dan separuh jiwamu ada ruhmu yg menyertai puisi-puisiku
wassalam

Berthold Damshauser, berselimut sastra tidak sekedar membaca “puisi puisiku”, tetapi lebih dari itu memperingatkan dengan sebuah karya “robek robeklah dadaku”, pada bait terlahir begitu memberi peringatan keras, seperti corong pengeras suara.

….,
karena kita lahir di atas rahim Indonesia
tumbuh besar dan tegak di atas langit Indonesia mengait bintang gemintang di balik awan Indonesia berlayar dengan hembusan angin sepoi-sepoi Indonesia ombaknya pun seperti nyanyian Indonesia
maka, robek-robeklah dadaku
robek-robeklah jiwaku
asal jangan robek merah putihku.

Dan…,
Roboh dan robohlah tembok pemisah itu
Roboh dan robohlah keangkuhan memisahkan tulang dan darah, juga mencabut akar urat-urat kebersamaan dalam aliran lukisan surga … “Jerman Bersatu” selaras dengan “Persatuan Indonesia”. (Djoko Tetuko).