Lomba menulis cerita merupakan upaya Partai Golkar, membangkitkan semangat anak Indonesia, dalam suasana peringatan hari anak. Mengingat anak sepanjang masa membutuhkan kasih sayang, pendidikan, dan hak-hak lain.
Hari Anak di dunia memang diselenggarakan pada tanggal berbeda-beda di berbagai tempat di seluruh dunia. Hari Anak Internasional diperingati setiap tanggal 1 Juni dan Hari Anak Universal diperingati setiap tanggal 20 November. Negara lain merayakan Hari Anak pada tanggal berbeda. Tetapi semua dalam rangka memberi kehormatan kepada hak-hak anak di seluruh dunia, agar terjaga dan mendapat pengawasan dalam proses menuju pendewasaan sesuai dengan tahapan usia dimana anak berproses.
Di Indonesia, Hari Anak Nasional diperingati setiap 23 Juli, sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984 tanggal 19 Juli 1984. Dan sebagai usaha terus menerus menjaga dan meningktakan kecerdasan dan mental anak-anak, disentuh melalui lomba karya tulis cerita.
Sekedar mengingatkan sekaligus introspeksi bagi semua orang, guru, tokoh agama, tokoh masyarakat, bahwa perubahan mental anak lebih cepat dalam proses pendewasaan, sementara pendidikan tercecer jauh, belum menyentuh tahapan itu. Ternyata membuahkan hasil sangat mengejutkan dan membahayakan.
Beberapa hal patut menjadi perhatian sebagai beban sangat berat bagi anak: (1) stres anak meningkat 3 kali lipat; (2) kekerasan seks terhadap anak perempuan meningkat menjadi 41 persen ; (3) proses belajar mengajar di rumah sangat lelah dan pada titik jenuh ; (4) informasi mengandung edukasi kurang ; (5) cerita atau dongeng kerika di rumah rata-rata sudah tidak dapat dari orangtuanya ; (6) penggunaan handsphone dan aplikasi digital berpengaruh negatif ; (7) pendidikan agama justru kurang ketika masa pandemi Corona.
Menghadapi masalah peningkatan stres anak harus kembali kepada ajaran Nabi Muhammad SAW paling hakiki, yaitu terus menerus menyempurnakan akhlaq atau budi pekerti.
Dalam dunia pendidikan kita mengenal dengan “trilogi pendidikan” sebuah skema hubungan antara lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan itu saling mendukung dalam upaya mencerdaskan anak bangsa.
Hari ini, dalam suasana masa pandemi Covid-19, memang ada 2 lingkungan sangat terbatas. Bahkan cenderung hilang, yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, sehingga kebutuhan dasar anak mengalami hambatan.
Sebagai kunci menghadapi berbagai hambatan dan keterbatasan, sekaligus perwujudan dari pendidikan akhlaq,
Syekh Nawawi Banten dalam Tanqih Al-Qaul menjelaskan tentang keutamaan pendidikan anak, paling utama mendidik (budi pekerti). Tentu saja dengan ikhtiyar, sabar, dan tawakal memperhatikan, menegur, mengancam, dan memukulnya bila diperlukan agar anak berakhlak baik sekaligus mulia. Sebab
akhlak mulia dapat mengantarkan seorang hamba menjadi raja. Sehingga pendidikan akhlaq wajib diutamakan. (@)