Tajuk  

Jaman Now, Jaman New, Jaman No

Jaman Now, Jaman New, Jaman No
Djoko Tetuko Abdul Latief

Oleh : Djoko Tetuko (Pemimpin Redaksi Transparansi)

Jaman begitu cepat berubah, ketika tiba-tiba ada virus Corona menyerang dari berbagai arah, juga mampu berubah-ubah bentuk, datang di 206 negara tanpa diundang, menjadi pecundang semua orang.

Jika jaman sudah berubah menjadi Jaman Now, semua mengaku generasi mileneal, generasi masa kini, generasi paling canggih, genarasi serba otomatis, generasi lebih paham soal digital dan internet
Semua menjadi tiba-tiba seperti koor pada paduan suara menyatakan bangga menjadi anak Jaman Now. Semua detak dan nafas serba generasi now. “Bodoh, Pandai, Cerdas, Hebat, Kaya, Miskin, Kuat, dan Terhormat juga Tidak Bermartabat”
Semua tetap generasi now.

Jaman Now tenggelam (sesaat dalam siasat)
Jaman New menjadi trend

Jika jaman sudah berubah menjadi Jaman New
Semua mengaku patuh dan tunduk pada protokol kesehatan
warga negara mana saja memakai masker
warga negara mana saja wajib cuci tangan
warga negara mana saja wajib menyemprot tangan dan tubuh pakai sanitizer
Semua menjadi tiba-tiba seperti anak panti asuhan berseragam dalam banyak hal.
Tidak ada perbedaan barang sedikit, walau sudah merasakan begitu sakit.

Jaman New menjadi kiblat baru
Jaman No mengiringi membonceng dalam kegelapan

Jika jaman sudah berubah menjadi Jaman No
semua mengaku menolak dan menyatakan “Tidak”, tidak ada sholat di masjid, tidak ada ibadah haji warga dari seluruh dunia, tidak ada perdagangan, tidak ada kehidupan malam, tidak ada siapa-siapa kecuali Corona.

Semua “tidak” ada, tidak punya, tidak mampu, dan dimiskinkan karena terkena dampak virus Corona
rakyat dikekang tidak boleh bekerja
rakyat kehilangan sanak saudara karena tidak boleh silaturrahmi ke mana-mana.
rakyat jadi sasaran menghabiskan uang rakyat di eksekutif dan legislatif, dan tidak boleh protes apa-apa
rakyat sendiri di mana-mana saling berteriak “No” dan saling menyatakan “Tidak”, semua serba no, seperti menolak apa saja.
Semua tiba-tiba seperti “mati suri”, tidak mampu “berteriak lirih” sekalipun, walau hanya sekedar membisikkan sesuatu.