Opini  

Surabaya Juara Corona (bagian 2)

Surabaya Juara Corona (bagian 2)
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

Bunuh Diri” Berantai Makin Potensi

Cukup banyak cerita bahwa Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, belum mampu membendung angka penambahan kasus baru positif maupun penemuan baru dari OTG (Orang Tanpa Gejala), sehingga penanganan terhadap kasus di Surabaya sebagai pintu “keluar-masuk” masyarakat Jatim, harus menerima kenyataan pahit

Tri Rismaharini melalui pengeras suara keliling meminta masyarakat memilih sehat, wafat, atau masuk rumah sakit, berkaitan upaya
maksimal dalam menangani kasus pandemi virus Corona. Tetapi jika masyarakat tetap saja melakukan pelanggaran dan menerjang semua ketentuan, maka “bunuh diri” berantai makin potensi.

Mengapa demikian? Surabaya memiliki tipikal kasus virus Corona sangat kompleks bahkan super kompleks, bukan hanya upaya pencegahan, percepatan dan penanganan dilakukan maksimal. Tetapi sayang, masih terlalu menonjol egois para pemimpin di kota Surabaya, sehingga menambah potensi “bunuh diri” berantai.

Bahkan, walikota wanita pertama kota Surabaya ini, meminta protokol kesehatan dengan physical diatancing (bersentuhan apalagi bergerombol lebih dari 4 orang), terus dijaga supaya peningkatan warga terinfeksi virus Corona segera menurun.

Catatan terakhir Surabaya menjadi juara Corona, dalam hal PDP, ODP, meninggal (wafat), OTG, dan sejenis meroket sampai melampaui beberapa provinsi di Jawa, bahkan sempat melampaui DKI Jakarta, sehingga membutuhkan penanganan lebih serius, mengingatkan. PSBB di Surabaya walaupun sudah melakukan pemeriksaan di 17 perbatasan dengan Sidoarjo, Gresik, dan Madura serta pintu masuk dan keluar bandara Juanda, Pelabuhan Tanjung Perak, Terminal Bungurasih dan kegiatan bersifat bisnis masih begitu bebas.

Bahkan, bukan rahasia umum lagi, bahwa ada rasa egois dari pimpinan kepala daerah membuat korban warga jadi menangis di banyak tempat karena terkena infeksi virus Corona, tetapi tidak berdaya ketika tidak mendapatkan perhatian, walaupun sejak awal walikota terus memberikan instruksi untuk tetap di rumah. Bajkan terakhir ketika kasus terinfeksi Corona meroket karena rapid test dilakukan secara masif di beberapa tempat.

Jumlah warga Surabaya yang terinfeksi virus corona COVID-19 belum menunjukkan angka penurunan. Meski begitu, Risma terus membangun semangat warganya untuk terus berjuang bersama-bersama melawan pandemi ini.

Dirangkum dari portal resmi Pemkab Surabaya surabaya.go.id dan Antara, ini pesan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini selama masa pandemi COVID-19

Bahkan Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang protokol pengendalian mobilitas penduduk yang dikirimkan kepada Ketua RT, pengelola apartemen, pengelola country house, dan pengurus REI Jawa Timur. Surat edaran yang ditandatangani pada 6 April 2020 itu bernomor: 470/3674/436.7.13/2020.

Inti dari Surat Edaran
minta kepada warga, apabila ada anggota keluarga di luar kota atau luar negeri untuk menunda kepulangan ke Surabaya.

Sedangkan jika sudah terlanjur kembali ke Surabaya, maka warga tersebut harus mentaati langkah-langkah penanganannya, yaitu kepala atau anggota keluarga harus melaporkan anggotanya yang datang dari luar kota atau luar negeri itu ke Ketua RT atau pengurus RT yang ditunjuk atau pengelola apartemen setempat.
Laporan itu harus dilakukan paling lambat 1×24 jam sejak kedatangan.

Selanjutnya, Ketua RT/pengurus RT yang ditunjuk atau pengelola apartemen itu harus memasukkan data warganya itu melalui aplikasi lawan COVID-19.

Apabila sudah terlanjur menerima penghuni baru dari luar kota atau luar negeri yang terhitung belum 14 hari sejak surat ini diterima, maka semua penghuninya harus isolasi mandiri dan harus mengunduh aplikasi lawancovid-19 guna memperbaharui data kondisi vital diri setiap harinya