Krisis Covid-19, Gerakan Pangan Lokal Solusi Atasi Melemahnya Konsumsi Produk Pertanian

Krisis Covid-19, Gerakan Pangan Lokal Solusi Atasi Melemahnya Konsumsi Produk Pertanian
Krisis Covid-19, Gerakan Pangan Lokal Solusi Atasi Melemahnya Konsumsi Produk Pertanian

Ke depan API juga akan mengarah ke pupuk dan pemodalan untuk petani yang sebagain besar adalah pertanian keluarga (farmer).

Wakil Ketua Komite Tetap Pembinaan Pedagang Pasar KADIN JATIM, Nanang Susilo menambahkan, sebagai pelaku usaha dalam bidang pertanian, masalah yang dihadapai untuk produk pertanian adalah kualitas produk yang tidak memenuhi standart food grade, perlu keterlibatan semua pihak untuk bisa mengangkat kualitas produk ini.

Selain itu masalah biaya transportasi antar daerah yang mahal. Biaya transportasi dari Surabaya ke Singapura lebih mahal dari pada dari flores ke Surabaya.

“Saya sangat optimistis sektor ini bisa tumbuh bagus asal diurus dengan pemangku kebijakan yang baik. Jangan sampai pembangunan infrastruktur tol, bandara dan lain-lain itu hanya menempatkan petani sebagai pasar saja dan tidak bisa dimanfaatkan untuk kemudahan distribusi produk petani,” katanya.

Ony Setiawan, Komisaris PT. Puspa Agro yang ikut dalam seminar ia menceritakan, sebelum krisis ekonomi akibat Covid-19, Puspa Agro lebih banyak menyuplai ke rumah makan, hotel dan perusahaan. Tetapi sekarang karena krisis, hanya bisa menyulai langsung ke pasar (konsumen). Di tengah krisis ekonomi dunia ini, mestinya petani bisa memanfaatkan untuk mengisi kekosongan pasar ini.

Kaprodi Kewirausahaan UMAHA Sidoarjo, Darno mengatakan, program studi kewirausahaan UMAHA siap berkolaborasi dengan dunai usaha untuk bersama sama meningkatkan kualitas dan daya saing produk pertanian termasuk untuk pasca panennya. Dengan jumlah Petani 41 juta dan serapan (35%) tenaga kerja pertanian adalah sektot usaha yang harus menjadi fokus bersama termasuk program studi kewirausahaan UMAHA.

“Sangat setuju untuk segera mewujudkan gerakan pangan lokal dan siap berkolaborasi dengan pelaku usaha, pemerintah dan organisasi petani. UMAHA juga siap untuk mengadopsi kurikulum yang lebih fokus untuk wirausaha bidang pertanian,” kata kata pria yang juga Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal KADIN Jawa Timur. (jt)