Opini  

Rumah “Lailatul Qadar”

Rumah “Lailatul Qadar”
Djoko Tetuko Abdul Latief

Rumah Lailatul Qadar, ialah rumah umat Islam setelah bertahun-tahun terlupakan sebagai tempat memohon ampunan, juga memohon kemapanan. Rumah yang baru saja berubah menjadi tumpuhan ibadah selagi ada virus Corona

Rumah Lailatul Qadar ialah rumah dimana setiap rumah itu adalah surga, jika penguni rumah itu tidak mengundang setan dan neraka, jika tidak mendatangkan riba, jika tidak memanjakan penghuni rumah itu salalu berpesta pora lupa sanak sauadara, jika tidak membiasakan penghuni rumah itu selalu menghadap “Tuhan Baru” bernama tontonan dunia.

Rumah Laliatul Qadar, InsyaaAllah selalu memancarkan cahaya terang dari kegelapan malam, sinar terang benderang dari hati yang begitu suci, menyimpan rahasia gemerlap dari keajaiban di balik Sang Yang Maha Suci.

Rumah Lalilatul Qadar, bukan rumah gelap gulita, karena kegelapan dari penghuni rumah itu yang selalu merasa terpandang mapan, tetapi lupa memberi makan mereka yang kelaparan, tetapi lupa memberi santunan meraka yang membutuhkan uluran tangan.

Rumah Lalilatul Qadar
ialah rumah pengabdian manusia sebagai kodrat diciptakan Sang Maha Pencipta, untuk mengabdi. Rumah sepanjang hari selalu berseri-seri, rumah sepanjang hari selalu melantunkan kita suci, rumah sepanjang hari selalu menjaga jati diri penguni, rumah sepanjang hari selalu menjadi pintu taubat dan pasrah berserah diri dengan selalu memuji-muji ILAHI ROBBI.

Rumah Lalilatul Qadar, bukan rumah tempat para penghuni korupsi, bukan rumah tempat para penghuni pungli, bukan rumah tempat penghuni selalu mencaci maki, bukan rumah tempat para penghuni selalu mengumbar nafsu iri dan dengki.

Rumah Lalitaul Qadar ialah rumah hari ini dan rumah masa depan, yang selalu menjadikan dinding-dinding rumah itu terus menerus bergetar dalam dzikir panjang samar, terus menerus dari balik rumah itu bersyukur dalam tafakur terukur, terus menerus dari balik rumah itu suara istighfar panjang tanpa mampu melarang. Menjadikan rumah itu terus menerus memancarkan cahaya tanpa mampu menolak sekejap saja mata memandang dan mata hati memancar sinar abadi juga menerima sinar jati diri, mematri diri menuju tempat suci.
(jt)