Ekbis  

Ibu-ibu Nelayan Lamongan Tangguh dan Berdaulat

Ibu-ibu Nelayan Lamongan Tangguh dan Berdaulat
Kegiatan Ibu ibu nelayan Lamongan mulai alih profesi akibat hasil tangkapan ikan sulit terjual. (foto/transparansi/min)

LAMONGAN (WartaTransparansi.com) – Harus diakui bahwa pandemi Corona berpengaruh disemua sektor ekonomi dan semua sendi kehidupan. Meski begitu para nelayan pesisir Lamongan, tak berpangku tangan, apalagi pasrah dengan keadaan. Nelayanan pantura  tetap kerja keras dan harus kuat.

Dari sekitar 23ribu lebih nelayan, setiap harinya mampu memenuhi kebutuhan sehari hari. Penghasilan naik turun tergantung dari cuacanya saat melaut.

Nelayan nelayan itu mendiami di 17 desa di dua kecamatan Paciran dan Brondong kabupaten Lamongan. Dari 23 ribu nelayan itu, ada 4.700 armada kapal diatas 10 GT maupun dibawah 10 GT, dengan 9 TPI (tempat pelelangan ikan) aktif.

Drs. Muchlisin Amar, Dewan Pembina Himpunan Nelayan Tradisional Indonesia (HNTI) Lamongan, menuturkan, nelayan nalayan yang ada disini bisa jadi paling kokoh dalam ditengah pandemi corona.

Sebab tidak sedikit nelayan daerah lain ekonominya ambruk. Ini cukup menggambarkan betapa besar, penting dan setragisnya sektor perikanan tangkap dalam  menjaga ketahanan pangan sektor nelayan  di kabupaten Lamongan.

Ibu-ibu Nelayan Lamongan Tangguh dan Berdaulat

Kedua, peranan Dinas Perikanan kabupaten Lamongan yang secara aktif melakukan pembinaan. Dinas Perikanan rutine datang bertemu nelayan, bahkan kadang berjam jam ada disini.

Di pelabuhan Brondong saja produksi perikanan rata rata 96 sampai 100 ton  per hari dengan total transaksi Rp1,6 milyar rupiah. Kelihatan nelayan satu bulan awal pandemic Corona masih sangat digdaya dan berdaya.

Sayangnya kekokohan nelayan pantura ini lama lama juga berkurang. Memasuki bulan kedua dan pertengahan bulan ketiga ini, produksi ikan terus mengalami penurunan yang disebabkan beberapa faktot.

Diantaranya pandemic Corona yang secara global melanda hampir semua negara di muka bumi ini, negara tujuan eksport banyak yang tutup , membuat eksportir ikut buka tutup , supplier ikut istirahat, dampaknya ke tengkulak dan pengepul juga harus ikut lesu, kalaupun toh ada yang buka dan membeli hasil tangkapan  ikan.  Harga ikan saat ini relatif turun antara 10 sampai 15 persen .

Kondisi ini membuat nelayan ogah melaut karena biaya oprasional cukup tinggi sedangkan hasil tangkapan, nilai jualnya rendah,  nelayan jadi sering rugi. Daya tahan nelayan di pelabuhan Brondong lama lama terkikis dan berpengaruh pada  kemampuan produksi.

Karena sering tidak melaut  menjadi penyebab ekonomi masyarakat nelayan mulai menurun bahkan goyah , karena sumber utamanya adalah hasil mencari ikan di laut. Libur melaut sama saja memperbesar pinjaman utk kebutuhan sehari hari, ungkap Muchlisin , Sekretaris HNTI Jawa Timur kepada WartaTransparansi.com. 

Dia menjelaskan, lesunya sektor prikanan di Paciran dan Brondong, otomatis berpengaruh pada kegiatan ekonomi yang lain. Misalnya pedagang kaki lima , pedagang kuliner ,penjual buah, penjual baju, celana ,sarung kopyah sepatu ,sendal bahkan tukang cukur (potong rambut) ikut sepi, akibat dari lesunya sektor perikanan tersebut.

Menghadapi pelemahan ekonomi nelayan di Paciran dan Brondong itu, HNTI dan Dinas Perikanan Lamongan membuat terobosan baru. Yakni menciptakan kegiatan yang mendorong ibu ibu nelayan lebih berperan membantu kegiatan ekonomi kreatif berbasis rumah tangga, dengan memanfaatkan apa saja yang bisa dikerjakan sehingga bisa membantu  nilai ekonomi rumah tangga para nelayan. Profesi baru ibu ibu nelayan ini akan bisa menopang ekonomi keluarga.

Ada yang menjadi penguplik rajungan, ada yang jadi pengorek ikan ada yang membuat terasi ,memproduksi pentol bakso dari ikan, petis, krupuk dan ada yang. Malahan sudah ada meningkat dengan branding tertentu serta ikut pameran produk unggulan baik tingkat daerah sampai tingkat nasional. Semua olahan itu berbasis dari hasil laut.

Kepala dinas perikanan Drs Heru Widi mengatakan mengapa harus ibu ibu yang kita dorong untuk lebih berperan dalam memanfaatkan peluang disaat pandemic covid 19  melanda Indonesia? Karena ibu ibu nelayan itu terkenal kuat, sabar, telaten, kreatif dan cerdas.

“Sinergitas HNTI dan Dinas Perikanan Lamongan bisa terus terjalin, menguntungkan dan bermanfaat, ungkap Heru Widi. (guh/min)