Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2020 tanpa upacara sebagaimana layaknya tahun tahun sebelumnya.
Dasarnya adalah Surat Edaran (SE) Mendiknas Nomor 42518/MPK.A/TU/2020, yang meniadakan penyelenggaraan upacara di satuan pendidikan hingga perwakilan pemerintah Republik Indonesia di luar negeri dalam upaya pencegahan penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). WartaTransparansi.com sempat berbincang ringan dengan Ketua DPD Partai Golkar Jawa Timur M Sarmuji seputar dampak Covid-19 bagi dunia pendidikan kita. Berikut petikan wawancaranya.
Hardiknas tahun 2020 tanpa upacara. Proses belajar mengajar yang semula sistem tatap muka menjadi daring. Apa pendapat Anda ?
Kita tidak bisa mengelak dan negara negara didunia mengalami hal serupa. Tapi begini, Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu faktor pengubah sejarah. Tidak terkecuali di bidang pendidikan. Secara diam-diam sebenarnya dunia pendidikan mengalami revolusi, hanya saja sebagian dari kita tidak menyadarinya.
Momentum pandemi corona dimana semua guru dan siswa dipaksa tinggal di rumah adalah salah satu tonggak baru perjalanan dunia pendidikan kita. Buktinya pembelajaran di banyak sekolah tidak berhenti bahkan berjalan sebagaimana biasa.
Pandemi corona suka atau tidak suka memaksa semua siswa dan guru memaksimalkan digitalisasi dan meniadakan tatap muka. Efektifkah?
Sekalipun pembelajaran masih bisa berlangsung di sebagian sekolah, tapi ada dua hal yang tetap perlu diperhatikan. Pertama, sistem pembelajaran daring tidak bisa menggantikan secara keseluruhan proses pendidikan karena penanaman nilai hanya bisa dilakukan melalui praktek langsung dengan bimbingan guru.
Penanaman nilai adalah wilayah “tacit knowledge” yang membutuhkan role model atau keteladanan. Kedua, penerapan pembelajaran hingga saat ini belum bisa diterapkan secara merata di seluruh Indonesia dikarenakan kapasitas sekolah yang berbeda-beda dalam penerapan teknologi.
Betulkah pandemi telah menurunkan kualitas pendidikan ?
Pemerintah terus berupaya menanggulangi Covid-19. Gubernur Jawa Timur Ibu Khofifah bersama Forkompimda,Ormas, pengusaha dan masyarakat berjuang bersama sama melawan Covid-19. Juga bupati / walikota se Jawa Timur melakukan hal yang sama. Bahkan sampai diberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskla Besar) untuk Surabaya, Gresik dan Sidoarjo. Semoga Covid-19 segera pulih dan proses belajar mengajar segera normal.
Pembelajaran melalui daring tidak bisa menggantikan peran guru di sekolah, karena guru bukan saja berfungsi untuk melakukan transfer pengetahuan, tetapi juga menjadi transmisi perilaku baik kepada murid. Pengaruhnya tetap ada. (guh)