Khofifah Ajak APTISI Perkuat Tanggung Jawab dan Karakter Generasi Muda

Khofifah Ajak APTISI Perkuat Tanggung Jawab dan Karakter Generasi Muda
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawnsa ketika membuka Rakernas APTISI di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (28/1/2020) malam

Karena itu, gubernur wanita pertama di Jatim ini mengajak para rektor, guru besar dan akademisi yang tergabung dalam APTISI untuk memperkuat tanggung jawab, mental dan karakter, serta literasi financial digital dan teknologi kepada masyarakat, khususnya generasi muda.

Sebab, percepatan kemajuan teknologi digital sudah sangat luar biasa, jadi dibutuhkan keberseiringan dengan proses literasi.

“Literasi Finansial menjadi penting, literasi finansial teknologi juga sangat penting. Jadi Proses literasi ini harus berseiring dengan percepatan kemajuan teknologi digital yang luar biasa. Hari ini tidak perlu harus jualan kamera, Tapi dia bisa menjadi platform yang terbesar di dunia. dan itu adalah Instagram misalnya. Hal-hal inilah yang kami rekomendasikan agar mendapat porsi pembahasan dalam rapat pleno APTISI kali ini. Kemajuan fintech ambil baiknya buang tidak baiknya,” tegasnya.

Kemajuan teknologi dan tren ekonomi digital, imbuh Gubernur Khofifah, telah diantisipasi oleh Pemprov Jatim. Dimana sejak kampanye pilgub lalu, pihaknya telah menyampaikan bahwa 43% anak-anak muda di Amerika Serikat sudah masuk format gig economy sehingga mereka lebih senang memilih menjadi gig worker.

“Yang dibutuhkan oleh generasi muda adalah pusat inovasi , kursus singkat profesi tertentu yang tersertifikasi , co working space dan semacamnya. Sehingga Pemprov Jatim juga menyiapkan program Belanova (belanja inovasi), lalu menyiapkan format MJC (Millenial Job Center) untuk menyiapkan lulusan SMA/SMK/MA yang tak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi supaya bisa mandiri atau terserap lapangan kerja,” jelasnya.
Ekosistem MJC tersebut, lanjut Khofifah, meliputi talent, client, dan mentor.

“Program MJC ini dibuat karena sebanyak 67 % lulusan SMA/SMK dan MA tak melanjutkan ke Perguruan Tinggi, jadi kita siapkan solusi berupa double track SMA dan MA. Saat ini, sudah ada 157 SMA Double Track dan 120 MA Double Track yang bergabung. Kami juga memberikan materi soft skill setiap Sabtu dan Minggu,” ujarnya.

Lebih lanjut disampaikannya, di era disrupsi serta perkembangan teknologi yang sangat cepat seperti saat ini, pasti akan ada profesi pekerjaan yang menghilang karena digantikan oleh teknologi. Hal ini juga harus diantisipasi oleh APTISI, dalam menyiapkan perguruan tinggi yang siap menyambut, mengaplikasikan, dan mengembangkan tekologi.
Dalam sambutannya, Ketua Umum APTISI Pusat, Budi Djatmiko mengatakan bahwa RPPP ke 6 APTISI ini dihadiri sekitar 350 perwakilan APTISI Provinsi dari seluruh Indonesia. Anggota APTISI terdiri dari pimpinan Perguruan Tinggi Swasta dan yayasan sebanyak 4.650 anggota, yang memiliki 25.600 prodi.

Ketua APTISI Budi mengakui, hadirnya era disrupsi dan kemajuan teknologi membuat banyak PTS dan prodi yang tutup di seluruh Indonesia. Contohnya, program studi sekretaris sebanyak 58 PTS, Perbankan sebanyak 90 PTS tutup, dan perjalanan wisata sebanyak 35 PTS. Tutupnya prodi ini karena pendaftarnya tidak ada, dan kalah dengan aplikasi-aplikasi berbasis teknologi, seperti traveloka.
“Karena itu, APTISI harus bisa membuka pendidikan jarak jauh, jika tidak akan kalah dengan perkembangan jaman atau bahkan harus dimerger. Inilah yang akan dibahas dalam RPPP ke 6 APTISI di Surabaya sekaligus RPPP terakhir karena 6 bula kedepan akan dilaksanakan Munas,” ujarnya. (guh)