Khofifah Ajak APTISI Perkuat Tanggung Jawab dan Karakter Generasi Muda

Khofifah Ajak APTISI Perkuat Tanggung Jawab dan Karakter Generasi Muda
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawnsa ketika membuka Rakernas APTISI di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (28/1/2020) malam

SURABAYA – Saat ini, seluruh dunia telah memasuki era finansial teknologi, pasca kebenaran, alias post-truth, serta era disrupsi atau disruption diberbagai lini kehidupan.

Hadirnya era tersebut banyak diperbincangkan oleh publik, khususnya soal disrupsi ekonomi. Namun, sangat sedikit yang membicarakan tentang disrupsi mental dan karakter.

Padahal, baru-baru ini kita dikejutkan dengan berita lebih dari 125 perusahaan financial technology (Fintech) yang sudah dicabut ijinnya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI, karena melakukan proses-proses penipuan berbalut pada digitalisasi ekonomi, finansial teknologi, dan peer to peer. Masyarakat pun sulit membedakan fintech mana yang legal, dan illegal, sehingga mereka menjadi korban.

“Jadi ini sebuah kondisi di lapangan yang bisa sangat kontradiktif. Di satu sisi, kita ingin menanamkan iman, takwa, dan akhlak mulia berseiring dengan kemajuan teknologi termasuk teknologi jasa keuangan tapi disisi lain kita berada pada era post truth dan era disruption.

Karena itu, kita perlu memperkuat tanggung jawab dan karakter para pelaku jasa keuangan agar masyarakat tidak dirugikan. Secara kelembagaan sebenarnya telah ada lembaga yang melakukan fungsi pengawasan atas industri jasa keuangan yaitu OJK. Tetapi kita juga punya tanggung jawab untuk ikut mengawal. Termasuk dunia perguruan tinggi dalam hal ini APTISI .

Dalam hal kemajuan fintech, ambil baiknya buang tidak baiknya,” kata Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat membuka Rapat Pengurus Pusat Pleno (RPPP) Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) ke-VI di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (29/1) malam.

Gubernur Khofifah mengatakan, pentingnya membangun mental dan karakter ini karena pengaruh era post truth dan disrupsi sudah begitu kuat. Termasuk di Jawa Timur, dimana ditemukan investasi bodong yang jumlahnya hampir Rp. 750 miliar. Para korbannya pun orang-orang yang cukup terpandang dan sangat rasional.

“Ada yang investasi Rp. 20 juta dapat mobil Alphard, dan Rp. 2 juta bisa umroh. Mereka kemudian menjadi speaker sehingga semakin banyak masyarakat yang tertarik karena sudah ada bukti,. Akhirnya banyak.korban tertipu,” kata Khofifah.