Tak Selalu

Tak Selalu

Atau kita sedang berharap rumah di surga..

ﺃَﻧَﺎ ﺯَﻋِﻴﻢٌ ﺑِﺒَﻴْﺖٍ ﻓِﻲ ﺭَﺑَﺾِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻟِﻤَﻦْ ﺗَﺮَﻙَ ﺍﻟْﻤِﺮَﺍﺀَ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺤِﻘًّﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖٍ ﻓِﻲ ﻭَﺳَﻂِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻟِﻤَﻦْ ﺗَﺮَﻙَ ﺍﻟْﻜَﺬِﺏَ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣَﺎﺯِﺣًﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖٍ ﻓِﻲ ﺃَﻋْﻠَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻟِﻤَﻦْ ﺣَﺴَّﻦَ ﺧُﻠُﻘَﻪُ

“Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya.”
(HR. Abu Dawud)

Tak selalu..
Orang yang terlihat sengsara oleh kita berarti ia tak bahagia. Sebab sebagaimana kita tak bisa mengukur baju orang lain dengan baju ukuran kita, maka kitapun tak bisa mengukur kebahagiaan orang lain dengan ukuran kita.

Tak selalu..
Sesuatu yang tampak “wah” itu benar, sebab tak seorangpun menafikan bagusnya jasmani munafiqin di zaman Nabi*, namun mereka membenci kenifaqan mereka..

ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺭَﺃَﻳْﺘَﻬُﻢْ ﺗُﻌْﺠِﺒُﻚَ ﺃَﺟْﺴَﺎﻣُﻬُﻢْ ۖ ﻭَﺇِﻥْ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﺗَﺴْﻤَﻊْ ﻟِﻘَﻮْﻟِﻬِﻢْ ۖ ﻛَﺄَﻧَّﻬُﻢْ ﺧُﺸُﺐٌ ﻣُﺴَﻨَّﺪَﺓٌ ۖ ﻳَﺤْﺴَﺒُﻮﻥَ ﻛُﻞَّ ﺻَﻴْﺤَﺔٍ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ۚ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻌَﺪُﻭُّ ﻓَﺎﺣْﺬَﺭْﻫُﻢْ ۚ ﻗَﺎﺗَﻠَﻬُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ۖ ﺃَﻧَّﻰٰ ﻳُﺆْﻓَﻜُﻮﻥَ
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran) ?”
(Al Munafiqun : 4)

Maka sedari awal agama ini melarang kita tergesa-gesa menilai sesuatu. Sebab terkadang, fikiran kita serapuh sarang laba-laba.(**)