SURABAYA – Nambah sedikit speednya lagi Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) diperkirakan bakal m3nggeser Eri Cahyadi dan Armuji. Namun untuk mendekati Wisnu Sakti Buana perlu kerja super extra. Itu gambaran empat besar kandidat Walikota Surabaya Tahun 2020 pengganti Tri Rismaharini.
Peluang ke arah sana sangat terbuka mengingat waktu yang cukup dan angka hasil riset Lembaga Riset IT Research Politic Consultant (IPOL) Indonesia, yang mengukur elektabilitas indikatif bakal calon wali kota Surabaya cukup waktu.
“Calon wali kota secara indikatif sudah kita lihat bersama, bahwa sementara Whisnu Sakti Buana (wakil wali kota Surabaya) cukup unggul,” kata CEO IPOL Indonesia, Petrus Haryanto saat memamparkan temuan lembaganya di Hotel Aria Centra Surabaya, Kamis.
Elektabilitas indikatif para kandidat tersebut, lanjut Petrus, bukanlah hasil survei tapi temuan yang didasarkan pada mix method untuk mengukur pemenangan Pilkada berbasis big data, teknologi politik, dan pemanfaatan aplikasi.
Mix method merupakan metode yang menggabungkan sejumlah elemen pengolahan data dan analisa terkini. Terdapat lima elemen dari metode ini, yakni big data dari media online, big data dari media sosial, teknologi politik dan microtargeting, real time field report by android, serta survei multistage random sampling (MRS).
“Berdasarkan kelima elemen mix method, IPOL memiliki alat ukur yang hasil prediksinya bisa mendekati kebenaran, karena IPOL memiliki cara pengolahan data dan analisa yang berlapis. Sehingga, antara satu elemen dengan elemen yang lain dapat saling diakurasikan,” papar Petrus.
Temuan IPOL belum aman, sekalipun Whisnu menebus 1.766 ekspos. Di level Pilkada sekelas Surabaya, seharusnya angka ekspos bisa menembus 100 ribu.
“Kalau 100 ribu, artinya yang terkonsolidasi orang ngomong pasti sulit berubah karena sudah terbangun di bawah. Mereka yang bergerak bukan satu orang tapi combe-nya juga,” katanya.
Tapi mengapa dalam waktu empat bulan belum ada bakal calon yang bisa menembus 100 ribu ekspos? “Masih konvensional, belum berani masif. Padahal kalau konten yang dibuat atau berita terkait calon viral, berpotensi mengubah orang,” katanya.
Petrus yakin, pemanasan sebelum survei berbasis big data dan microtargeting ini akan menajdi tren, setelah selama ini publik hanya disuguhi survei semata yang diukur selama dua minggu terakhir, misalnya. (guh)
Whisnu Sakti Buana (1.766)
Eri Cahyadi (877)
Armuji (488)
Gus Hans (331)
Dyah Katarina (196)
Samuel Teguh Santoso (148)
Lia Isthifama (145)
Ahmad Nawardi (123)
Chrismanhadi (47)
Hariyanto (32)
M Sholeh (28)
Sutjipto Joe Angga (21)
Sri Setyo Pratiwi (4)