Saat masih kuliah di FISIP Unair, Adi Sutarwijono aktif dalam Badan Perwakilan Mahasiswa. Begitu lulus di tahun 1993, bakat menulisnya pun tersalurkan. Tahun 1996, dia mulai bergelut di dunia para ‘kuli tinta’ dan sempat bekerja sebagai wartawan di Harian Surya dan Majalah Tempo.
Selama menjadi wartawan, pria yang akrab disapa Awi ini, banyak tahu tentang perkembangan politik dan kemudian jatuh cinta. Terbukti, tahun 2003, dia melepas atributnya sebagai wartawan dan terjun ke dunia politik. Pilihannya adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Dia pun bertekad untuk bisa mengabdi sebagai wakil rakyat di DPRD Kota Surabaya. Saat kali pertama maju sebagai caleg (2004), belum terpilih. Tak patah semangat, tahun 2009 nyaleg lagi, dan hasilnya masih tetap gagal.
Garis tangan berkata lain. Pada tahun 2012, Awi akhirnya bisa masuk ke DPRD Surabaya setelah terjadi pergantian antarwaktu (PAW) menggantikan Rizkie Darma Putra yang meninggal dunia karena sakit.
Berbekal pengalaman dua kali gagal nyaleg, dan dua tahun menjadi anggota dewan lewat PAW, perjalanan karier Awi mulai mulus. Dia akhirnya lolos murni saat nyaleg di tahun 2014, dan lolos lagi menjadi anggota DPRD periode 2019-2024.
Dalam perjalanannya, pria egaliter berpenampilan kalem, sederhana, karena lebih suka berpenampilan nonformal ini, tidak bermimpi akan mendapat kepercayaan dari induk partai (DPP PDIP) untuk menduduki jabatan Ketua DPC PDIP Kota Surabaya menggantikan posisi Whisnu Sakti Buana.
Penyegaran di tubuh partai berlambang banteng moncong putih tersebut, terjadi pada bulan 8 Juli 2019 lalu. Saat itu, sempat terjadi polemik di internal partai. Namun, suara pengurus pusat tak selalu sejalan dengan usulan di daerah. Awi tetap dilantik sebagai ketua DPC PDIP Surabaya.
Dan untuk kali kedua, Awi lagi-lagi tidak bermimpi jika dirinya diberikan kepercayaan untuk mengemban amanah sebagai Ketua DPRD Kota Surabaya periode 2019-2024.
Sebelumnya, atau saat menjadi anggota DPRD periode 2014-2019, jabatan Awi sebagai wakil ketua Komisi A. Sedangkan di internal partai, sebagai ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDI Perjuangan Surabaya.
Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya dan Ketua DPRD Kota Surabaya, adalah dua jabatan yang mentereng. Jabatan yang hanya diberikan kepada kader-kader berkualitas, yang memiliki semangat juang untuk membesarkan partai.
Berikut wawancara ringan wartawan Koran Transparansi (wartatransparansi.com) bersama Ketua DPRD Kota Surabaya yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, Adi Sutarwijono.
Sejak unsur pimpinan DPRD dilantik hingga terbentuknya Alat Kelengkapan Dewan, begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Mungkin butuh gerak cepat, mengingat tahun anggaran yang baru (2020) tinggal menyisakan waktu dua bulan. Nah, bagaimana hasil pembahasan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Surabaya 2020, dan apakah pembahasan RAPBD Surabaya 2020 bisa tuntas di bulan November 2019 ?
KUA dan PPAS Kota Surabaya tengah dalam pembahasan antara Badan Anggaran DPRD Surabaya dan Tim Anggaran Pemkot Surabaya. Sementara ini, Pemkot Surabaya mengajukan kemampuan belanja Rancangan APBD Tahun Anggaran Rp 9,7 tahun. Tapi masih dibahas DPRD. Rencananya pengesahan KUA dan PPAS 21 Oktober. Berikutnya membahas Rancangan APBD TA 2020. Paling lambat sudah harus disahkan pertengahan November 2019.
Baru-baru ini, hampir seluruh anggota dewan termasuk Forpimda dan kepala OPD hingga camat, ‘ditraktir’ makan siang oleh Risma di rumah dinas wali kota. Anda dan anggota dewan lainnya diceramahi tentang banyaknya peghargaan dan keberhasilan kota Surabaya, termasuk padatnya aktivitas Risma ke luar negeri. Kesan apa yang Anda tangkap dalam jamuan makan siang itu ?
Enggak diceramahi. Kesan itu tidak betul. Kami diundang ke kediaman. Ibu Wali Kota ingin silaturahmi dengan para Pimpinan dan Anggota DPRD. Sekaligus mengundang Fokompinda. Kami berbincang-bincang akrab satu-sama lain. Bu Risma menyempatkan paparan tentang kemajuan Surabaya, yang juga hasil kerja dari seluruh anggota DPRD.
Masih terkait dalam pertemuan jamuan makan siang, Risma menyebut ‘berharap ada sinergi antara pemkot dan DPRD Surabaya’. Bukankah pernyataan tersebut bisa berarti bahwa selama ini belum terjadi sinergi yang bagus antara eksekutif-legislatif ? Lantas, sebagai pimpinan DPRD Surabaya, apa sikap Anda ke depan ?
Ya, kami berharap peningkatan sinergi eksekutif dan legislatif. Yang lalu sudah ada. Bahkan berjalan baik. Tentu era sekarang dan ke depan harus ditingkatkan. Kuncinya: komunikasi yang baik dan saling pengertian tentang tupoksi masing-masing. Jangan sampai ada kebuntuan komunikasi karena tidak saling mengenal. Dan, karena tupoksinya, DPRD ke depan akan kritis terhadap kebijakan-kebijakan Pemkot Surabaya. Melakukan check and balances.
Pemkot selaku pelaksana pembangunan tetap harus diawasi. Dan sebagai lembaga legislatif, DPRD tetap harus kritis sesuai dengan tugas dan fungsi Dewan, yakni selalu mengontrol pelaksanaan pembangunan di Kota Surabaya. Tetap konstruktif dalam mengawal dan mengawasi setiap pelaksanaan dan arah pembangunan kota. Kami bekerja bersama pemkot dengan muara demi kesejahteraan masyarakat.
Tugas anggota DPRD memang menjadi representasi masyarakat. Lembaga harus memahami lapangan, dan mengartikulasikan dalam kebijakan kota. Para anggota Dewan harus menyuarakannya dari sudut pandang kepentingan rakyat.
Sebagai orang lama di DPRD Surabaya, Anda tentu tahu banyak tentang kinerja/kebijakan Risma (Pemkot Suabaya) selama ini. Menurut Anda, Risma itu figur wali kota seperti apa ?
Bu Risma adalah “nakhoda” yang pekerja keras. Dia aktif turun ke lapangan. Memiliki akar kuat di bawah. Menguasai gagasan-gagasan pembangunan kota, tapi menguasai detail-detailnya. Bu Risma tipe pemimpin yang paham lapangan, dan punya rasa solider tinggi terhadap warganya. Ia dicintai rakyat.
Terkait agenda perhelatan Pemilihan Wali Kota Surabaya di tahun 2020, apakah partai sudah menentukan nama calon, dan strategi pemenangan ?
Tugas jangka pendek ini, PDI Perjuangan harus menang Pilkada di Surabaya. Sejak 2002, Kota Surabaya dipimpin wali kota yang kader PDI Perjungan: Mas Bambang DH dan Bu Risma. Keduanya punya karya masing-masing pada jamannya. Surabaya berkembang hebat.
Atas tugas itu, kami sudah membuka pendaftaran Bakal Calon Wali Kota dan Bakal Calon Wakil Wali Kota. Ada 8 pendaftar di Kantor DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya. Kemudian, 10 pendaftar di Kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Timur. Pendaftaran dilakukan 5-14 September lalu. Sekarang kami menunggu rekomendasi turun dari Jakarta.
Calon-Calon sedang digodok DPP PDI Perjuangan. Kami sudah punya plan untuk pemenangan. Penguasaan teritori sangat penting. Kami punya 1.005 Anak Ranting di level RW, dari 1.400-an jumlah RW di Kota Surabaya. Punya 154 Ranting dari semua kelurahan. Punya 31 PAC di level kelurahan, dan punya 15 anggota DPRD Kota Surabaya yang semua punya akar kuat di bawah.
Terakhir, saya berterima kasih dipercaya DPP PDI Perjuangan dengan tugas-tugas di depan. Kami punya team work yang akan bekerja sama untuk kesejahteraan rakyat. Untuk Surabaya yang lebih baik. (wetly)