BMKG: Jangan Percaya Isu Gempa Besar di Ambon

* 30 Orang Meninggal Dunia, 156 Luka-luka

BMKG: Jangan Percaya Isu Gempa Besar di Ambon
salah satu rumah rusak yang diakibatkan gempa di Ambon pada Kamis (26/9/2019) lalu.

JAKARTA – Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membantah isu kemungkinan akan terjadinya gempa besar dan tsunami di Provisnis Maluku. Gempa magnitudo 6,5 SR yang terjadi 26 September 2019 lalu, mengguncang Ambon, Kairatu, Haruku, dan Masohi.

Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhammad Sadly mengatakan, hasil monitoring BMKG terhadap Gempabumi Kota Ambon, Kairatu, Masohi, dan Haruku berkekuatan 6,5 SR tersebut, menunjukkan telah terjadi 264 kali dengan magnitudo terbesar 5,6 SR dan terkecil 3.0 SR. “Secara statistik, frekuensi kejadian gempa cenderung semakin mengecil,” kata Sadly dalam siaran persnya.

Mengenai isu akan terjadinya gempa besar di Ambon, Teluk Piru, dan Saparua, Sadly tegas membantahnya. Menurutnya, hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempabumi dengan tepat, dan akurat kapan, di mana dan berapa kekuatannya.

“Untuk itu masyarakat diimbau agar tidak terpancing isu atau berita bohong yang beredar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” pinta Sadly.

Terkait informasi gempabumi dan tsunami, Sadly meminta masyarakat memastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (https://www.bmkg.go.id) atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (iOS dan Android): WRS-BMKG (user: pemda, password: pemda-bmkg) atau InfoBMKG.

“Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” ucap Sadly.

Sementara Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG mengatakan, Gempa 6,5 SR tersebut diduga berkaitan dengan susunan tektonik kompleks di daerah tersebut.

“Kawasan ini memang memiliki tatanan tektonik yang kompleks. Ada beberapa unsur tektonik di wilayah ini, yaitu Sesar Sorong, Sesar Buru, Sesar Tarera Aiduna, dan Seram Through,” jelasnya dalam rilis yang diterima, Minggu (29/9/2019).

Kemungkinan besar, ujarnya, pembangkit gempa di Ambon, Kairatu, Haruku, dan Masohi berkaitan dengan aktifnya salah satu struktur sesar di wilayah tersebut.

Daryono merujuk kepada karya tulis ilmiah Tectonic evolution of North Seram Basin, Indonesia, and its control over hydrocarbon accumulation conditions karya Zhugang dkk (2016) sebagai petunjuk sumber pembangkit gempa di Maluku tersebut.