Tim Humas BNPB mengikuti kegiatan relawan di Pantai Tambak. Kawasan wisata ini selalu ramai setiap akhir pekan dan libur nasional. Pantai Tambak juga terdapat pasar ikan dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang selalu ramai tiap pagi.
Pantai Tambak dipilih sebagai lokasi penyuluhan dan edukasi bencana mengingat wilayah ini memiliki riwayat pernah dihantam tsunami pada 1994, sebagai perluasan gelombang air dari tsunami Pancer di Banyuwangi. Dari peristiwa itu dilaporkan satu orang meninggal dunia.
Simon, mantan nelayan Tambakrejo mengenang peristiwa itu dalam ingatannya. Pria berusia 55 tahun itu tahu persis tentang tsunami 1994 karena satu-satunya korban adalah kerabatnya sendiri.
“Korbannya bernama Daman, dan itu masih kerabat saya. Dia dulu ditemukan tersangkut di semak tebu dekat muara dalam keadaan meninggal. Dia kena tsunami saat mancing. Sekitar jam 02.00 dini hari,” kenang Simon.
Simon yang telah berenti melaut sejak 2007 itu mendapat hikmah dari mendiang kerabatnya. Kini ia membuka warung makan ikan bakar di Pantai Tambak bersama istrinya.
Tepat sekitar 50 meter dari warung Simon, Tim Destana Tsunami 2019 memasang rambu peringatan daerah rawan tsunami. Pemasangan itu dilakukan oleh sejumlah relawan dari BPBD Kabupaten Blitar, Tim Radio Penduduk Indonesia (RAPI), Palang Merah Indonesia (PMI), Tagana dan perwakilan BNPB.
Dengan papan peringatan tersebut, Simon dan warga sekitar serta pengunjung Pantai Tambak bisa lebih mengenal akan ancaman gempa dan tsunami sekaligus mengetahui apa yang harus dilakukan saat tanda bahwa bencana itu akan datang.
BNPB melalui Ekspedisi Destana Tsunami 2019 berkomitmen penuh untuk memberikan edukasi kepada warga desa yang berada pada daerah rawan bencana di pesisir selatan Pulau Jawa. Kegiatan ini tidak untuk menakut-nakuti tetapi murni sebagai edukasi dan pemecahan solusi. Kegiatan di Blitar sukes dengan hasil maksimal dan berikutnya tim akan melanjutkan misi kemanusiaan ke Kabupaten Tulungagung besok, Jumat (19/7/2019). (wt)