Masih tingginya kasus narkoba di Kabupaten Pasuruan disebabkan kurangnya pemahaman akan bahayanya narkoba, serta kurangnya kesadaran akan kesehatan. Dua faktor itu yang masih belum dimiliki oleh setiap individu, sehingga ujungnya adalah masih merajalelanya peredaran narkoba di Kabupaten Pasuruan.
Kata Aris, pihaknya terus melakukan sosialisasi ke semua elemen masyarakat, utamanya dunia pendidikan sebagai sasaran empuk utama pengedar narkoba.
“Contohnya ketika kita lakukan screening ke anak-anak SMP, selain menggunakan sabu, mereka juga mengkonsumsi obat-obatan dengan dosis yang berlebih, obat batuk atau anti mabuk nyang dijual bebas, tapi disalahgunakan. Itulah banyak kasus yang kita temukan,” imbuhnya.
Sejak berdiri tahun 2017, BNN Kabupaten Pasuruan baru mulai melakukan sosialisasi pada tahun 2018 sebanyak 28 kali. Sedangkan untuk tahun ini akan ada 50 kali sosialisasi. Dengan sasarannya adalah pendidikan dan masyarakat.
“Pendidikan SMP sampai universitas akan kita sasar dalam bentuk talkshow. Harapannya dapat digetok tularkan ke semua yang kenal dengan mereka, sehingga kasus narkoba ini terus bisa kita eliminir,” tandasnya kepada Suara Pasuruan. (hen)