Masa kampanye Pemilu 2019 berakhir hari ini, Sabtu (13/4/2019). Itu berarti, puncak segala bentuk kegiatan kampanye baik Pilpres, Pileg (DPR, DPRD, DPD) akan terjadi hari ini. Cukup melelahkan, karena kampanye di pemilu kali ini mulai berlangsung 23 September 2018, hampir tujuh bulan lamanya.
Bagi Mohamad Helmi, caleg DPRD Provinsi Sulawesi Tengah dari Partai NasDem nomor urut 5 dapil Kota Palu, waktu kampanye yang panjang tersebut, sangat banyak menyita waktu.
Senang, susah, dan sedih menyatu di kala melangkah untuk bersosialisasi dan sekaligus menyampaikan program-program unggulannya jika kelak diberikan kepercayaan dan amanah untuk menjadi anggota DPRD Sulteng.
“Semua perasaan berbaur selama sekitar tujuh bulan masa kampanye. Tapi, saya menikmatinya, karena semua saya serahkan kepada Allah. Ini adalah bentuk dari ketulusan perjuangan saya untuk menjadi wakil rakyat dan kelak memperjuangkan aspirasi mereka. Saya hanya perlu doa dan dukungan semuanya, agar niat baik dan ketulusan saya ini diijabah Allah,” kata Helmi ketika bincang-bincang melalui saluran telepon, Jumat (12/4/2019) malam.
Perasaan yang berkecamuk yang dirasakan caleg kelahiran Kota Palu ini, bukan tanpa alasan. Sebab, minggu pertama masa kampanye, tepatnya 28 September 2018, Kota Palu dan sekitarnya diguncang gempa bumi yang luar biasa dahsyat. Terjadi tsunami dan likuifaksi. Ribuan orang meninggal dunia disapu air laut, tertimpa bangunan dan ditelan bumi. Dan dimungkinkan, masih ada korban meninggal dunia yang tidak diketahui mengingat sejumlah daerah permukiman tersapu tsunami dan likuifaksi sehingga mengubur banyak orang.
Sekadar diketahui, data Pemprov Sulteng per 30 Januari 2019 menyebutkan, jumlah korban meninggal dan hilang mencapai 4.402 jiwa, dimana, 2.685 jiwa meninggal dunia, 701 jiwa hilang dan 1.016 jiwa korban dikubur massal. Jumlah korban meninggal di Palu terbanyak, mencapai 3.679 jiwa, kemudian Sigi 405, Donggala 303, dan Parigi Moutong 15. Sedangkan total kerusakan rumah, baik kategori rusak ringan, sedang, berat dan hilang mencapai 100.405 unit. Angka tertinggi untuk kerusakan rumah adalah Palu, 42.864 unit. Dan hingga saat ini, Pemprov Sulteng masih berada pada fase transisi darurat ke pemulihan yang nanti akan berakhir pada 24 April 2019.
“Tanggal 28 September 20l8, menjadi prasasti dan monumen yang amat bersejarah bagi peradaban Sulawesi Tengah. Bencana dahsyat ini akan terus diingat, dikenang sepanjang masa bagi masyarakat Palu, Sigi dan Donggala, di Sulawesi Tengah, di Indonesia dan di dunia,” katanya.
Menurut Helmi, likuifaksi, gempa bumi, dan tsunami, telah memberi dampak kerusakan terbesar dengan menghancurkan manusia dan infrastrukturnya. Tak hanya menghancurkan infrastruktur transportasi pun komunikasi, tetapi juga pertanian dan perkebunan, perikanan yang ada di darat dan laut, permukiman dan hunian, usaha dan lapangan pekerjaan, serta sumber daya manusianya. “Semua infrastruktur hancur, semuanya hancur, semuanya berusaha mencari selamat, telah meninggalkan kesedihan,” kenangnya.
Praktis, lanjut Helmi, selama berbulan-bulan lamanya, jadwal kampanye /sosialisasi tak berjalan sesuai harapan awal. Waktunya lebih banyak digunakan untuk membantu masyarakat, kerja sosial demi kemanusiaan bersama Partai NasDem.
“Saya ingat betul, di tengah kehancuran semua infrastruktur, komunikasi lumpuh, kantor pemerintahan lumpuh, dan ketika sebagian besar warga berusaha untuk menyelamatkan diri ke dataran yang lebih tinggi (pegunungan), kami dari kader Partai NasDem bergerak cepat untuk menyalurkan bahan-bahan makanan, minuman, dan kebutuhan lain, yang memang sangat dibutuhkan masyarakat. Bantuan berdatangan dan diangkut dengan kendaraan dari sesama kader Partai NasDem dari berbagai provinsi. Jelas, bahwa bantuan dari Partai NasDem tidak sebanding dengan kebutuhan korban yang ribuan banyakanya, tetapi saat itu kami merasa sangat bersyukur bahwa partai kami masih bisa memberikan bantuan demi kemanusiaan di hari-hari pertama terjadinya bencana di Palu dan sekitarnya. Ini adalah kegotong-royongan yang memang diterapkan di partai NasDem. Jadi, kami kerja tulus, ikhlas tanpa pamrih apa pun,” ujarnya.
Berangkat dari peristiwa alam mengerikan itu, Helmi mengambil visi untuk, “Mengawal terwujudnya pembangunan masyarakat Sulteng yang benar dalam peradaban, supremasi hukum, keadilan dan kemakmuran, serta menjadi pusat keunggulan berbasis LGBT (Likuifaksi, Gempa Bumi, Tsunami) di NKRI”.
“Bagi saya, keberpihakan kepada masyarakat adalah nomor satu. Karena itu, jika nantinya saya dipercaya dan dipilih rakyat untuk menjadi wakilnya di DPRD Sulteng, saya akan membawa dan memperjuangkan aspirasi-aspirasi masyarakat. Saya akan berbakti, mengabdi, dan membela masyarakat Kota Palu dan Sulawesi Tengah. Karena itu, “NEMO RIKALINGASI” 17 April 2019, coblos Helmi Mohamad caleg DPRD Provinsi Sulteng dari Partai NasDem nomor urut 5. Ke depan, insya Allah jika Allah berkehendak untuk saya terpilih, maka bahasa saya adalah bahasa masyarakat, keinginan saya adalah keinginan masyarakat, perjuangan saya adalah perjuangan masyarakat. Ini adalah komitmen dari ketulusan saya untuk berjuang demi masyarakat,” katanya. (wetly aljufri)