Malang  

Hadapi Inflasi, Wagub Jatim Beri Solusi Soal Volatile Food

Hadapi Inflasi, Wagub Jatim Beri Solusi Soal Volatile Food

Menurut Emil, semua langkah ini penting mengingat Jawa Timur menjadi pusat produksi berbagai komoditi bahan pokok, kecuali kedelai dan bawang putih. Sebagai contoh, susu Jatim berkontribusi terhadap 55 persen susu nasional, dan telur ayam berkontribusi 30 persen terhadap telur nasional. Maka bila ada gangguan inheren pada sektor pertanian ini, dampaknya bisa berpengaruh terhadap Indonesia.

Emil, mengatakan,  permasalahan lain yang dihadapi adalah ketika surplus jagung. Hasil panen jagung sebagian besar untuk peternakan. Selama ini, Jatim telah memiliki Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Barang Pokok atau SISKAPERBAPO yang lebih banyak melihat neraca konsumen.

Untuk itu, perlu dikembangkan pola business to business (b to b) antar petani. Misal dari petani jagung di Tuban kemudian mengirim untuk peternak ayam di Blitar, katanya.

Ditambahkannya, menghadapi bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri, Emil yakin dan optimis harga bahan pokok di Jatim relatif terkendali. Dengan menggunakan kerjasama dan langkah-langkah yang efektif seperti tahun lalu, harga tahun ini bisa terjaga dan stabil.

Kata kuncinya bagaimana sistem informasi yang kita miliki seperti  SISKAPERBAPO  yang merupakan input dari pedagang akan terus kita pantau untuk melihat ada gejala atau tidak, kemudian kita cocokkan dengan ketersediaan bahan pangan baik di Jatim maupun di luar Jatim, katanya.

Menurutnya informasi ini harus terbuka dan dibangun komunikasi intensif antar pihak terkait. Empat hal yang harus menjadi kunci menurutnya adalah 4K, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif.

4K ini menjadi prinsip yang dijalankan oleh Jatim dengan ikhlas bersama dengan BI dan semua elemen terkait untuk bisa mewujudkan harga pangan dan menjaga inflasi relatif stabil, katanya. (min)