Caleg NasDem yang Moncer di Dapil 5 Sidoarjo

* Ir. Hj. Nurhendriyati Ningsih

Caleg NasDem yang Moncer di Dapil 5 Sidoarjo

Begitu penting peran perempuan dalam perjalanan bangsa Indonesia. Banyak spirit perjuangan kaum perempuan tergambar dalam perjalanan sejarah kita. Sebut saja Cut Nyak Dien dan Tjut Nyak Meutia (keduanya dari Aceh), RA Kartini (Jepara), Martha Christina Tahahu (Maluku), Maria Malanda Maramis (Minahasa), dan Raden Dewi Sartika (Jabar) yang seorang tokoh perintis pendidikan bagi kaum wanita.

Atau Opu Daeng Siraju dari Sulsel yang dikenal dengan panggilan Famajjah. Meski buta huruf latin, namun banyak belajar tentang ilmu agama dan budaya, menjadi politisi hingga memimpin Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) wilayah Tanah Luwu Daerah Palopo. Selama memimpin PSII, Opu menjadikan agama sebagai landasannya dan mendapatkan dukungan besar dari rakyat. Dan masih banyak perempuan luar biasa lainnya yang menghiasi perjuangan perjalanan bangsa ini.

Itulah kemudian mengapa Partai Nasional Demokrat (NasDem) begitu terbuka memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk menjadi calon legislative (caleg). NasDem ingin caleg perempuan di Jawa Timur membawa spirit perjuangan tokoh pahlawan perempuan, mereduksi potensi-potensi semangatnya.

NasDem membuka lebar dan memberikan fasilitas sepenuhnya bagi kader perempuan untuk melebarkan karier politiknya. Masalah gender bukan menjadi masalah utama lagi bagi kaum perempuan di Indonesia, dan bahkan kaum perempuan bisa membuktikan di beberapa bidang tidak kalah dengan laki-laki.

Perempuan mempunyai kemampuan dan manage serta profesional dalam profesi apapun, baik politisi maupun profesi yang lain.

Tak hanya itu, Surya Paloh Ketua Umum Partai NasDem beranggapan, moralilatas perempuan lebih baik dari laki-laki. Parameternya, karena lebih banyak laki-laki yang masuk tahanan. Perempuan juga dianggap memiliki tingkat ketelitian yang tinggi dibandingkan laki-laki dalam mengerjakan tugasnya.

Tak heran jika kemudian, jumlah perempuan yang menjadi caleg dari NasDem berada di angka 40-42 persen. Artinya, angka persentase tersebut berada di atas syarat ambang batas minimal 30 persen yang tertuang dalam UU 12/2003 tentang Pemilu.

Bagi NasDem, perempuan dipercaya mampu memainkan fungsi dan peran serta arahan bimbingan, dan bisa menghasilkan result yang lebih baik. Pun, Srikandi NasDem mempunyai peranan penting dalam memenangkan Pilpres 2019, dimana NasDem mengusung Capres-cawapres Jokowi-Ma’ruf Amin. Para caleg diwajibkan tidak hanya berhenti pada kepentingan memikirkan berhasil atau tidaknya pencalegan mereka, tetapi juga menjelaskan kepada masyarakat bahwa pilihan untuk Jokowi dan Ma’ruf Amin. Itu memberi arti, bahwa kemenangan merebut kursi di Pileg tidak berarti apa-apa jika kemenangan Jokowi-Ma’ruf tidak berhasil.

Meski begitu, di parlemen, peran perempuan di dalam tubuh Partai NasDem juga penting. Perempuan bisa menjadi jembatan agar pemerintah lebih bisa menyusun kebijakan publik yang mempunyai positive impact (dampak positif) bagi perempuan.

Peran perempuan sangat penting bagi bangsa dan negara, karena sampai saat ini masyarakat masih menempatkan perempuan dalam posisi-posisi yang terdiskriminasi.

Keterwakilan perempuan duduk di kursi dewan masih sangat minim. Baik tingkat nasional (pusat) maupun tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Angka keterwakilan perempuan yang duduk di kursi dewan pusat di angka 17,32 persen  atau hanya 97 orang dari 560 anggota dewan. Di DPRD Jawa Timur ada di angka sekitar 15 persen. Sedangkan untuk seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur, jika di rata-rata, hanya 16 persen saja keterwakilan perempuan di legislative.

Memang ada beberapa kabupaten/kota yang keterwakilannya lebih dari 30 persen, seperti Surabaya 34 persen, kota Madiun dan Kediri 33 persen. Namun, ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi NasDem bahwa keterwakilan perempuan masih sangat minim.

Karena itu, kader NasDem harus membuktikan bahwa perempuan-perempuan Indonesia adalah perempuan yang cerdas dan pintar. Perempuan NasDem harus bisa masuk ke parlemen dan bisa mewarnai kebijakan-kebijakan publik, karena kepentingan perempuan hanya perempuan sendiri yang mampu mengerti.

Terbukanya kesempatan, membuat Ir. Hj. Nurhendriyati Ningsih tertarik bergabung dengan NasDem dan menjadi Caleg DPRD Sidoarjo, Dapil 5 (Taman dan Sukodono). Kesempatan tersebut menurutnya sekaligus sebagai penghargaan dari NasDem untuk kaum perempuan.

Meski mendapat nomor urut 3 sebagai caleg, baginya itu tidaklah penting. Dia punya mimpi sendiri untuk membawa NasDem agar lebih dikenal masyarakat pedesaan di Sidoarjo. Tak heran, ibu yang energik ini bisa keliling di empat desa dalam sehari. Itu khusus untuk mensosialisasikan NasDem. Tak berlebihan, dari sekian caleg di Dapil 5, dialah yang paling rajin menyapa masyarakat, sehingga hasilnya pun moncer, karena semakin banyak masyarakat mengenalnya.

Istri dari Haruna Soemitro (Manajer Madura United dan mantan anggota DPRD Jatim) ini juga punya mimpi yang patut diteladani, yakni memberdayakan kaum perempuan untuk bisa mandiri dalam usahanya. Berikut bincang-bincang ringan dengan wartawan Koran Transpransi (wartatransparansi.com).

Caleg NasDem yang Moncer di Dapil 5 Sidoarjo

Ir. Hj. Nurhendriyati Ningsih bersama Efendi Choiri Ketua Bappilu Partai NasDem.

Bukankah Anda pernah di parpol lain, sebelum bergabung dengan partai NasDem? Apa yang membuat Anda tertarik dengan NasDem, mengingat partai bentukan Surya Paloh ini masih terbilang baru ?

Benar, dulu saya berada di parpol lain. Sempat juga menjadi caleg. Tetapi, itu masa lalu yang tak perlu saya buka di sini. Itu masalah etika saja. Tetapi, kalau sekarang saya tertarik bergabung dengan NasDem dan juga maju sebagai caleg di Sidoarjo, lantaran partai ini memberikan kesempatan yang luas untuk kaum perempuan dalam berkarier di politik. Kesempatan itu pun tidak perlu mengeluarkan uang, tidak ada mahar. NasDem juga masih bersih.

Proses untuk bergabung ini pun cukup panjang saya pikirkan. Sebab, selain NasDem, ada dua partai lain yang juga meminta saya untuk bergabung. Bahkan, kedua partai itu menjanjikan memberikan nomor urut satu jika saya mau gabung. Tapi, setelah lama saya pertimbangkan, saya akhirnya memilih NasDem. Saya juga terkesan karena melihat ketua umumnya (Surya Paloh) yang tidak pernah berambisi mencalonkan diri sebagai presiden, menghargai kaum perempuan dengan memberikan kesempatan luas bergabung di partai ini.

Tapi khan di NasDem Anda hanya dapat nomor urut tiga, bukan nomor urut satu seperti yang ditawarkan dua partai sebelumnya ?

Apalah arti nomor urut. Bagi saya tidak penting, gak ada pengaruhnya. Apalagi, saya khan orang baru di NasDem, bukan juga sebagai pengurus.

Di nomor urut berapa pun, sebagai caleg, tentu tak akan memengaruhi keinginan dan perjuangan saya untuk mensosialisasikan partai NasDem agar lebih dikenal masyarakat di Kabupaten Sidoarjo. Sebab, hasil survey yang saya tahu, elektabilitas NasDem di Jawa Timur berada di peringkat sembilan, dan di Sidoarjo belum bagus, karena pada Pemilu 2014 lalu hanya berhasil menempatkan satu orang wakilnya di dewan.

Karena itu, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab saya pribadi, dan teman-teman se partai untuk terus berjuang mensosialisasikan NasDem kepada masyarakat di Sidoarjo.

Semakin banyak masyarakat yang tau tentang NasDem, itu bisa mendongkrak elektabilitas. Dan target yang ditetapkan Bappilu DPD NasDem Sidoarjo untuk bisa meraih minimal enam kursi dan maksimal delapan kursi, membuat saya termotivasi untuk terus bersemangat mensosialisasikan NasDem. Memang, untuk memenuhi target itu, bukan cuma saya, tetapi semua harus bekerja keras untuk partai.

Ada enam dapil di Sidoarjo, dan setiap dapil minimal dapat satu kursi saja, berarti sudah ada enam kursi kita peroleh. Bahkan ada dua dapil yang masing-masing dapilnya bisa dapat dua kursi. Kalau semua target itu tercapai, berarti NasDem bisa dapat delapan kursi.

Terlepas dari target perolehan kursi tersebut, ada target utama yang diwajibkan untuk para caleg. Yakni, mensosialisasikan Capres-cawapres Joko Widodo-Ma’ruf Amin untuk menang di Pemilu 2019.

Menurut saya, semua itu bisa tercapai, jika kebersamaan, samangat kekitaan dan menjaga soliditas,  akan menjadi kunci kemenangan NasDem dalam Pemilu kali ini.

Di Dapil 5 (Taman-Sukodono) terdapat 43 desa. Sebagai ibu dari lima anak, bagaimana Anda bisa membagi waktu antara keluarga dan masyarakat pemilih yang tersebar di puluhan desa tersebut ?

Alhamdulillah, sejak September lalu saya sudah blusukan mengenalkan Partai NasDem ke puluhan desa itu. Dalam sehari, saya bisa nyambangi dan bersilaturahmi dengan warga di dua sampai empat desa. Khusus hari Ahad, malah bisa sampai enam desa. Saya sering mengumpulkan warga, gak perlu banyak-banyak, maksimal dalam sekali pertemuan sebanyak 50 orang.

Dan semua itu sudah ada tim yang ngatur. Saya punya tim berjumlah 15 ribu orang. Semua sudah saya persiapkan, baik untuk tim luar maupun dalam, semua bergerak. Dan tim ini adalah orang-orang lama ketika saya nyaleg 2014 lalu. Minimal setiap bulan, selalu ada pertemuan dengan koordinator tim untuk melakukan evaluasi.

Koordinator yang saya rekrut ada 610 orang untuk setiap TPS yang tersebar di Dapil 5. Merekalah yang merekrut saksi hingga mencapai 15 ribu untuk membantu pengawasan pemungutan suara di tiap TPS dan luar TPS.

Soal keluarga, alhamdulillah kami punya waktu sendiri untuk berkumpul. Bahkan, tak jarang kami keluarga terlibat diskusi kecil-kecilan tentang kesibukan saya. Suami dan bahkan anak-anak ikut memberikan masukan.

 Jika kelak lolos menjadi anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo,  apa yang Anda perjuangkan untuk masyarakat Sidoarjo ?

Sebenarnya, jauh sebelum saya nyaleg, saya sudah berjuang untuk memberdayakan kaum perempuan. Dan karena saya perempuan, maka saya pun akan tetap berjuang memberdayakan kaum perempuan.

Saya akan tetap fokus dengan program membuka lapangan kerja untuk perempuan. Banyak ibu yang bekerja membantu suami di luar. Karena itu, saya ingin mereka bisa kerja di rumah tanpa harus meninggalkan keluarga. Lapangan kerja yang saya tawarkan dan bisa dilakukan emak-emak adalah bisnis bandeng, cabut duri.

Dulu, emak-emak yang pernah kami bina dan beri pelatihan, Alhamdulillah sudah punya usaha sendiri dan masih jalan sampai sekarang. Itu adalah bukti. Karenanya, saya tetap fokus untuk emak-emak. Saat ini, kami juga sudah melakukan pelatihan. Agar terkoordinasi dengan baik, melalui PKK, nantinya kami juga akan membentuk koperasi kecil-kecilan.

Apa arti politik dan Partai NasDem bagi Anda ?

Sederhananya, politik adalah suatu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat dimana wujudnya adalah proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Definisi politik juga dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan, baik secara konstitusional maupun non-konstitusional. Kalau dilihat dari dari asal katanya, maka definisi politik adalah kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut penentuan tujuan dari sistem tersebut dan bagaimana cara mencapai tujuan.

Dan politik itu akan menjadi baik karena untuk mengupayakan, memperjuangkan bonum commune (kesejahteraan/ kepentingan umum). Kalau kemudian ada yang beranggapan politik itu kotor, sah-sah saja. Kotor, karena ulah pelakunya (politisinya) sendiri. Kalau kita berangkat dari niat baik, maka hasilnya pun insya Allah akan baik juga.

Sedangkan Partai NasDem, bagi saya, selain memberikan kesempatan luas untuk politisi perempuan, NasDem menawarkan gagasan gerakan perubahan, Restorasi Indonesia kepada masyarakat. NasDem punya semangat kebersamaan, mengedepankan sebagai partai nasionalis religius yang bisa menempatkan moralisme dan profesionalitas. Menanamkan tentang budaya malu dalam berbuat salah.

 Pun program-program di DPP juga banyak menyentuh peran serta perempuan dari berbagai bidang, baik di politik, hukum, ekonomi, maupun kebudayaan. Program yang dibuat NasDem diimplementasikan oleh para caleg di daerah pemilihan.

Apa pesan Anda kepada konstituen ?

Saya yakin, masyarakat sudah semakin cerdas dalam mengambil sikap politiknya ketika akan memilih wakilnya untuk duduk di kursi dewan. Masyarakat sudah berpengalaman dalam melihat, menilai, dan memilih sosok  caleg mana yang bisa dipercaya atau tidak. Jadi, masyarakat  harus memanfaatkan kesempatan  menggunakan hak pilihnya dalam memilih caleg, capres-cawapres.

Ngomong-ngomong, siapa yang mengajarkan Anda sehingga tertarik dan terjun ke dunia politik ?

-Mendapat pertanyaan ini, Ibu Nur langsung tertawa kecil-. Siapa lagi kalau bukan dari suami. Suami adalah guru politik saya. Saya jadi banyak tau kalau ada yang namanya politik abu-abu dan lainnya.

Pernah ketika pemilu 2014, saya diam-diam bergabung dengan salah satu partai dan jadi caleg. Awalnya, tanpa setahu suami. Saat itu saya ingin membuktikan, masak sih kalau mau jadi caleg harus menyiapkan dana banyak. Eh, gak taunya memang benar juga. Betul kata suamiku, banyak pengeluaran.

Kesulitan itu akhirnya saya sampaikan ke suami. Nah, suami saya kaget karena baru tau kalau saya sudah nyaleg. Sempat kena marah juga, tapi karena sudah terlanjur, jadinya jalan terus. Akhirnya, sampai sekarang selalu mendapat dukungan suami. (wetly aljufri)