Nomor ini sangat sakral. Selain diburu para kader partai, bebannnya sangat berat. Pemilu Legislatif era reformasi berbeda dengan Orde Baru. Nomor satu pasti jadi. Tapi sekarang, punya peluang yang sama.
Itu sebabnya kami tidak ingin mengecewakan partai. “Kami sangat serius. Semua saran dari senior kami lakukan,” ungkap Caleg asli Tuban itu.
Berbagai usaha dilakukan mulai dari membentuk tim sukses, posko pemenangan, memanfaatkan media sosial sampai sowan ke sesepuh dan pinisepuh di dua kabupaten itu. Pendirian reklame sebagai media sosialisasi sudak berjalan, meski belum merata.
Kami sangat terbuka dengan siapa saja. Bahkan kartu namapun dipasang nomor telepon. Harapannya masyarakat bisa selalu berkomunikasi selama 24 jam. “Ndak apa, saya akan datang dalam urusan apapun,” tegas Maskur bersemangat.
Menyinggung soal thema kampanye, Maskur mengatakan, berbekal pengalaman puluhan tahun di birokrasi, thema yang kami usung tetap masalah ekonomi menyangkut ketahanan pangan. Kami ingin masyarakat Tuban-Bojonegoro harus mandiri secara ekonomi.
Ini menjadi sangat penting agar kelak masyarakat kita tidak ada ketergantungan. Apalagi dua kabupaten yang saya wakili. Karena itu disana harus dibuat sentra sentra ekonomi.
Mereka yang suka beternak harus diberi wawasan peternakan. Kebetulan itu bidang saya. Dan ini sudah saya lakukan. “Kapan sampean ada waktu ayo ke Tuban, “ kata Maskur setengah menantang.
Kedua, mereka yang punya keahlian membuka usaha warung misalnya, ya kita harus suport. Suporting itu tidak saja soal bagaimana orang mau datang dan kerasan disitu, melainkan juga permodalan. Dan mendorong anak anak muda mau membuka usaha sendiri. Apapun bentuk usahanya.
Ini yang akan saya perjuangkan. Kalau nanti saya benar benar di amanahi oleh rakyat Tuban dan Bojonegoro, kami akan mendorong pemerintah (Pemprov Jawa Timur) memperhatikan.
“Setelah saya blusukan di kampung kampung, saya melihat anak anak muda disana adalah pekerja keras dan punya potensi kearah situ,” pungkas Maskur. (min)