“Melakukan penyelamatan dan restorasi arsip film merupakan sebuah kegiatan yang baru untuk Pusbangfilm. Pentingnya kegiatan penyelamatan dan restorasi asset seni budaya bangsa, tanggung jawab kepada bangsa, dan pemenuhan hak akses masyarakat atas arsip film nasional, maka Pusbangfilm akan terus secara konsisten melakukan penyelamaran dan restorasi film nasiobal Indonesia,” ujar Maman.
Kepala Bidang Apresiasi dan Tenaga Perfilman Pusbangfilm M. Sanggupri mengatakan bahwa kendala utama yang dihadapi selama proses restorasi film ini adalah masalah teknis. Hal ini dikarenakan kondisi film yang sudah rusak dimakan usia dan tidak ditemukannya kopi negatif film. Ini menyebabkan proses perbaikan fisik membutuhkan waktu yang cukup lama dari yang diperkirakan.
Film Bintang Ketjil dipilih oleh para kurator Film Restorasi 2018 karena berhasil memotret relevansi kondisi sosial masyarakat Indonesia pada masa itu dan saat ini.
Film ini juga memiliki nilai pendidikan sejarah yang tinggi, khususnya bagi warga Ibu Kota Jakarta yang dapat menyaksikan kondisi Kota Jakarta pada masa itu. Dengan kondisi fisik seluloid film juga dinilai sudah berada pada kondisi yang memprihatinkan, sehingga Bintang Ketjil dianggap perlu untuk direstorasi.
Melalui film ini, kita juga bisa melihat penampilan band legendaris Indonesia, Koes bersaudara yang memberikan nilai sejarah seni yang tinggi serta menjadi daya tarik tersendiri para penonton masa kini. (rom)