Surabaya – Dibanding tahun 2017, jumlah kebakaran di Surabaya meningkat di tahun 2018. Hingga Desember, kejadiannya sudah mencapai 800 kasus.
Hal tersebut dikemukakan Plt Kepala Dinas Kebakaran Kota Surabaya Irvan Widyanto, di sela-sela simulasi kebakaran di kawasan EDmbong Malang, Sabtu (15/12/2018).
“Jumlah kebakaran sepanjang tahun 2018, hingga Desember ini ada 800 kejadian. Jumlahnya meningkat sekitar 50 persen, karena di tahun 2017, jumlah kebakaran hanya sekitar 600 kasus,” katanya.
Berangkat dari kondisi itu, lanjut Irvan, maka diadakanlah simulasi yang salah satu tujuannya sebagai sosialisasi kepada seluruh masyarakat Surabaya utamanya mereka yang tinggal di kawasan padat penduduk. “Kita terus lakukan sosialisasi untuk menumbuhkan kesadaran dan tanggap kepada warga saat menghadapi kejadian kebakaran,” terangnya.
Simulasi kebakaran oleh Dinas Kebakaran (Damkar) Kota Surabaya berlangsung kampung Embong Malang Utara. Simulasi menggunakan mobil damkar jenis bronto 55 dan bronto 104.
Menurut Irvan, selain sosialisasi, pihaknya juga ingin mengetahui seberapa jauh jangkauan alat ketika terjadi kebakaran di dalam perkampungan.
“Akan kita hitung semua jangkauan menuju perkampungan, dan seberapa cepat petugas tiba di lokasi untuk bisa melakukan penanganan mulai kedatangan, persiapan memasang alat hingga eksekusinya,” ujarnya.
Selain simulasi, Irvan juga berkoordinasi sekaligus menghimbau kepada warga, lurah dan camat untuk membongkar gapura dan kabel-kabel yang melintang secara tidak teratur.
Menurutnya, hal itu menghambat mobil damkar serta kerja petugas melakukan evakuasi saat terjadi kebakaran. “Saya sampaikan pemahaman agar warga sadar masalah kecil semacam ini. Lebih mementingkan harta atau nyawa?,” tutur pria yang juga menjabat Kepala Satpol PP Surabaya.
Kasi Pengendalian Dinas Kebakaran Kota Surabaya Gatot menambahkan, simulasi ini dilakukan untuk melakukan pemetaan sekaligus pengenalan wilayah padat penduduk apabila terjadi kebakaran menggunakan mobil damkar jenis bronto 55 dan 104.
“Kami ingin melihat seberapa jauh jangkauan titik terjauh dari jalan besar hingga ke dalam perkampungan ini,” terangnya.
Simulasi untuk melihat jangkauan alat dari jalan besar ke dalam kampung, Gatot menyebutkan ada dua cara yang dilakukan. Yakni, simulasi kebakaran kering, dan simulasi kebakaran basah. “Setelah dilakukan simulasi hasil jangkauan sekitar 50 meter dari tepi jalan,” sambungnya.
Ke depan, pihaknya akan intens melakukan simulasi kebakaran di kampung padat penduduk serta menggencarkan sosialisasi kepada RT/RW dengan memberikan pemahaman kepada warga saat memberikan pertolongan pertama ketika terjadi kebakaran.
“Jadi ketika terjadi kebakaran, yang pertama kali menjadi pahlawan dan melakukan pemadaman adalah warga sendiri. Maka dari itu, tahun 2019 kita sosialisasikan cara yang paling sederhana untuk memadamkan api,” jelasnya.
Mulyono (65) warga Kebangsren gang enam mengapresiasi simulasi tersebut. Baginya, kawasan padat penduduk memang rawan terjadi kebakaran dan sulit untuk dipadamkan mengingat kondisi kampung yang saling berhimpitan.
“Simulasi ini bagus. Setidaknya, ketika terjadi kebakaran petugas PMK sudah mengetahui jangkauan kebakaran dari jalan besar sampai ke dalam kampung sehingga api cepat dipadamkan,” ungkapnya. (wt)