Surabaya – Kampung tematik lagi hits di sejumlah kota di Indonesia. Tak terkecuali di Jawa Timur, khususnya di Surabaya. Kampung tematik sendiri bertujuan untuk mengatasi permasalahan pemenuhan kebutuhan dasar, semisal kekumuhan. Utamanya pada peningkatan kualitas lingkungan rumah tinggal warga miskin dan prasarana dasar permukiman.
Di Kota Surabaya, kampung tematik banyak tersebar di sejumlah kawasan perkampungan. Karena itu pula, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto bersama jajarannya seperti sejumlah kepala dinas, selain ingin belajar pengelolaan kampung tematik di kota Surabaya, juga naturalisasi sungai.
Rombongan wali kota Bogor diterima Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, di ruang sidang wali kota, Rabu (12/12/2018).
Pada pertemuan itu, Risma menyampaikan bahwa kampung tematik di Kota Surabaya memang sengaja dirawat. Bahkan, sudah menyebar di berbagai kampung di Surabaya. “Yang paling penting adalah menumbuhkan kesadaran warga untuk sama-sama menjaga dan peduli pada kampungnya,” katanya.
Sedangkan untuk naturalisasi sungai, Risma menjelaskan, tidak ada hari tanpa mengerukan sungai, sehingga lama kelamaan sungai itu bersih dengan sendirinya.
Pengerukan, lanjut Risma, sebelumnya hanya dilakukan dengan dua alat berat. Tapi sekarang sudah puluhan alat berat yang setiap hari bekerja mengeruk sungai dan saluran. “Jadi, tiap hari alat berat itu mengeruk, kemudian hasil kerukannya itu digunakan untuk membangun taman dan pemakaman di Surabaya,” kata dia.
Hingga saat ini, jelas Risma, pengerukan sungai dan saluran sudah mencapai 2.865.002 meter persegi. Bahkan, saat ini Pemkot Surabaya sudah tidak ada lagi anggaran untuk membeli tanah urukan. “Melalui cara ini, Alhamdulillah kita bisa menghemat Rp 14 miliar untuk urukan,” tegasnya.
Risma juga menyampaikan banyak hal tentang cara penertiban PKL dan pemberdayaan warga. Bahkan, pada kesempatan itu pula, Risma mengajak Bima Arya memasuki ruang kerjanya yang terpajang ratusan monitor CCTV. Saat itu, ia menjelaskan bagaimana mengontrol Kota Surabaya dari ruang kerjanya itu, mulai keamanan, pompa air dan arus lalu lintas.
Risma juga menyarankan kepada Bima Arya untuk membuat sistem pendeteksi angin dan hujan. Apalagi, Bogor saat ini tengah diterpa musibah angin putting beliung, sehingga cocok untuk menerapkan sistem itu. “Saya sarankan Pak Bima untuk membuat ini dulu, karena ini sangat penting menurut saya di Bogor,” kata dia.
Sistem itu merupakan pendeteksi angin dan hujan yang nyambung dengan sistemnya BMKG. Melalui sistem itu, pergerakan angin dan lokasi-lokasi yang hujan bisa terdeteksi.
Mendapat penjelasan dari Risma, Bima Arya Sugiarto Nampak manggut-manggut. Ia pun mengatakan tertarik untuk mengadopsi sistem itu ke Bogor. “Jadi Bu Risma itu tahu apa yang dibutuhkan Bogor sekarang. Apalagi kita baru saja mengalami angin puting beliung. Memang tidak bisa dihindarkan, tapi kita bisa mengantasipasi itu dengan cara tanda-tanda alamnya. Bu Risma punya itu, kita akan minta itu untuk diaplikasikan nanti di Bogor,” kata Bima.
Menurutnya, yang paling penting sudah ada sistemnya, sehingga selanjutnya tinggal bekerja sama dengan instansi terkait (BMKG) dan stafnya bisa membaca sistem itu.
Selama ini, kata dia, kalau cuaca belum sampai secanggih itu, karena selama ini hanya mendapatkan informasi dari BMKG, dan itu prosesnya agak lama.
Bima mengaku, banyak masukan yang ia peroleh dari kunjungan tersebut. Tak hanya masalah kampung tematik, naturasisasi sungai, tetapi juga penataan PKL, pemberdayaan ekonomi, bahkan sistem pendeteksi cuaca dan pelayanan publik.
“Banyak saran-saran dari Bu Risma, bahkan yang sangat teknis sekali. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada Bu Risma karena saran-sarannya sangat aplikable untuk diterapkan di lapangan,” pungkasnya. (wt)