Malang  

Pengembangan Vokasi Dilakukan Dengan Empat Tahap

Pengembangan Vokasi Dilakukan Dengan Empat Tahap
Pengembangan Vokasi Dilakukan Dengan Empat Tahap

Malang – Pengembangan vokasi yang diterapkan di Provinsi Jawa Timur dilakukan dengan empat tahap. Pengembangan tersebut tujuannya untuk meningkatkan dan menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kualitas dan berdaya saing.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Jatim Soekarwo saat mendampingi Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian RI, Darmin Nasution saat melakukan kunjungan kerja di SMK Negeri 4 Malang, Kamis (13/12).

Ia menjelaskan, empat tahap yang dimaksud yakni pertama, mengubah komposisi antara sekolah umum dengan SMK. Yang semula berkomposisi 31 persen SMK dan 69 persen SMU, maka pada tahun 2023 mendatang ditarget menjadi 70 persen SMK dan 30 persen SMU. Sedangkan posisi saat ini 65 persen SMK dan 35 persen SMU.

Kedua, yakni dengan membuat SMK Mini yang junlahnya mencapai 270 SMK di seluruh Jatim. Program tersebut dikembangkan di pondok pesantren, daerah terpencil dan daerah khusus.

Selama enam bulan, lulusan SD diberikan tambahan pelatihan vokasional, ujar Pakde Karwo sapaan akrab Gubernur Jatim.

Lebih lanjut disampaikannya, tahap ketiga yakni menyelenggarakan program dual track. Untuk SMA, Madrasah Aliyah, Ula, dan Wusto dalam pendidikan Diniyah Salafiyah juga diberikan pendidikan vokasional atau keterampilan. Sebab, apabila tidak dikembangkan program tersebut, maka dikawatirkan semua lulusan SMA akan menjadi unskill. Program dual track secara tidak langsung mengurangi kelompok unskill, katanya.

Sedangkan untuk tahap keempat, Pemprov Jatim mengubah beberapa SMK di Jatim berupa Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Saat ini, sudah terdapat 20 SMK yang telah berubah statusnya menjadi BLUD.

Sementara itu, Menko Bidang Perekonomian RI, Darmin Nasution mengatakan, pemerintah sedang berusaha serius menyiapkan SDM. Bukti keseriusannya yakni dengan menyiapkan APBN tahun 2019 memuat pengembangan pendidikan vokasi.

Saat ini bulan-bulan kita mendesain seperti apa. Kalau kurikulum strukturnya seperti apa, modulnya apa saja yang bisa diambil. Jangan sampai memilih yang justru nanti digusur oleh ekonomi digital, jelasnya.