Malang  

Pakde Karwo : Petani Pahlawan Stabilisasi Harga Beras

Pakde Karwo : Petani Pahlawan Stabilisasi Harga Beras
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mendapongi Kunjungan kerja Menko Perekonomian di Kab. Malang, Kamis (13/12/2018)

Malang – Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu penyangga pangan nasional. Sebab selama ini sebagian besar pasokan beras nasional berasal dari Jatim.

“Oleh sebab itu, petani merupakan pahlawan penentu stabilisasi harga beras. Karena kerja petani yang terus meningkatkan produksi beras, ketahanan pangan Indonesia terpenuhi,” ungkap Gubernur Jatim Soekarwo saat mendampingi Menteri Perekonomian RI, Darmin Nasution di Malang, Kamis(13/12).

Petani memegang peran penting dalam tersedianya beras. Produksi beras Jatim sebanyak 6,053 juta ton dengan tingkat konsumsi 91,3 kg per orang. Sedang konsumsi nasional mencapai 114 kg per orang.

Jadi, konsumsi beras masyarakat Jatim sebanyak 3,6 juta ton, sehingga ada surplus sebanyak 2,4 juta ton.

” Hal ini menunjukkan bahwa petani menjadi pahlawan kehidupan, kesejahteraan dan stabilisasi harga beras,” jelas Pakde Karwo sapaan akrabnya.

Dengan kinerja seperti itu, menjadi hal wajib apabila para petani diberikan bantuan oleh pemerintah, salah satunya adalah dryer (pengering) yang berfungsi untuk meningkatkan hasil panen.

Dryer menjadi alat paling penting bagi petani pada bulan Maret – Mei. Karena pada bulan tersebut saatnya petani memanen hasil sawahnya, dimana momen tersebut berbarengan dengan musim hujan.

Pada bulan tersebut, lanjutnya, panen petani mencapai 63 persen. Dimana proses tersebut memiliki kandungan air sebanyak 18-19 persen.

Dampaknya, sebagian besar hasil panen tidak di jemur karena hujan, sehingga panen teraebut disimpan di rumah dan dimasukkan dalam karung. Kurang lebih, 45 persen hasil panen yang digiling, dan sisanya masih disimpan.

“Hal tersebut yang menyebabkan pada saat musim panen besar keberadaan beras berkurang, sehingga dengan adanya dryer bisa membantu petani mengeringkan hasil panen. Yang kering di bawah 14 persen dengan pecahan dibawah 20 persen. Kalau digiling 18-19 persen jadi 30 persen pecahannya dan harganya kurang bagus menjadi Rp.9.300 per kg,” ungkapnya.

Pakde Karwo berharap, agar para petani bisa meningkatkan nilai tambah mereka dengan cara menjual beras bukan gabah kering panen. Jika cara tersebut bisa dilakukan, nilai tambahnya mencapai 54,3 persen. (tra/min)