Tajuk  

Guru

Guru
Joko Tetuko

Guru dengan tugas mulia dan utama menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didik (murid/SD, pelajar/SMP, siswa/SMA dan mahasiswa/perguruan tinggi ), menjadi kunci apakah para guru dengan jumlah mencapai 3 juta atau hanya sekitar 1 persen dari jumlah penduduk di negeri ini, berniat menjadi pendidikan sejati atau, atau para guru sudah mengubah niat menjadi pekerja murni, bukan pendidik apalagi guru.

Mengapa niat menjadi guru merupakan kata kunci? Sebab jika berniat menjadi guru dan pendidik sejati, maka insysAllah dunianya akan mendapatkan rejeli sesuai dengan janji Allah SWT, sekaligus derajat. Tetapi, jika berniat menjadi pekerja murni dan mengajar, mendidik, memberi contoh hanya tuntutan pekerjaan, maka hanya akan mendapatkan dunia belaka, tanpa catatan perjuangan, tanpa catatan pengabdian, apalagi ibadah.

Sekedar mengingatkan para guru, bersamaan dengan masih tergiang momentum peringatan Hari Guru Nasional, bahwa niat menjadi kunci, sebab dengan niat masih menjadi penentu, apakah guru masih bagian dari pejuang dan selalu berjuang bersama jaman, atau sudah luntur hanya menjadi pekerja tanpa mau peduli dengan pendewasaan dan budi pekerti para anak didik. Dan itulah yang sangat membahayakan, banyak anak didik berpendidikan tinggi, tetapi ilmunya kurang manfaat.

Islam membagi derajat, marwah atau martabat guru atau pendidik ada 4 (empat); Pertama, Mudarris (mengajar) dimana guru : hanya mengajar mata pelajaran kemahiran mereka saja. Kedua, Mu’allim (mengamalkan ilmu), dimana: guru yang tidak hanya mengajar mata pelajaran mereka tetapi turut menyampaikan/mengalamkan ilmu-ilmu lain. Ketiga, Mursyid (menuntun dan menunjukkan jalan kebenaran), dimana guru yang menyampaikan ilmu dan menunjukkan jalan yang benar. Keempat, Murabbi (mengasuh dan memimpin), dimana guru yang mendidik, memelihara, mengasuh, mentarbiyyah anak didiknya menjadi manusia yang berilmu, sebagai pimpinan yang bertaqwa dan beramal soleh.

Oleh karena itu, peringatan Hari Guru Nasional, sesungguhnya bukan sekedar peringatan dengan upacara dan pidato-pidato semata. Tetapi hakikinya mengembalikan posisi dan peran guru sebagai pendidik sejati, mendewasakan dengan menggabungkan keilmuan para guru menjadi, mudarris, mu’allim, mursyid, dan murabbi. Dengan niat mendewasakan anak didik sepanjang masa secara totalitas, insyaAllah guru akan selalu mendapat derajat mulia di dunia maupun di akherat kelak. Juga ilmunya akan bermanfaat. (jt)