Seperti diketahui, Liga 1 dan Liga 2 2018 sudah memasuki fase akhir kompetisi. Di saat krusial seperti ini, ada beberapa pertandingan yang diduga mengarah ke pengaturan skor (match-fixing). Hanya saja, hal tersebut masih bersifat dugaan dan belum didukung dengan bukti-bukti yang kuat.
PSSI selaku organisasi sepakbola tertinggi di Indonesia pun, seakan menjadi sasaran yang diminta untuk segera mengusut beberapa pertandingan, yang diduga sudah dijangkiti match-fixing tersebut. Menurut Riyadh, apa yang sudah jadi polemik di masyarakat soal match fixing ini, lebih elegan jika PSSI segera membentuk tim investigasi, kalau perlu melibatkan orang-orang di luar PSSI agar lebih fair.
Hal senada disampaikan Wakil Ketua Komisi Disiplin (Komdis) Asprov PSSI Jatim Makin Rahmad mendukung upaya Komdis PSSI untuk mengusut tuntas kasus ini. “Sepak bola Indonesia harus bersih dari praktik kotor seperti ini. Karena pengaturan skor ini salah satu yang merusak sepak bola,” ujar Makin.
Menurut Makin, apa pun alasannya, match fixing tidak bisa dibenarkan karena itu mencederai nilai-nilai sportivitas dan fair play yang dijunjung tinggi dunia olahraga. “Kami mendukung Komdis PSSI yang akan turun ke Madura untuk menyelidiki kasus ini. Sebab, persoalan ini membutuhkan perhatian khusus dan penanganan khusus pula,” katanya. Dia pun berharap, oknum pengaturan skor itu bisa diungkap, dibuktikan kesalahannya, serta mendapat sanksi berat dari Komdis PSSI. (nov)