Musibah, bencana, ujian cukup berat, kecelakaan dahsyat sampai kecelakaan di luar nalar, terus menerus menimpa bangsa Indonesia. Gempa bumi tidak terhitung sudah berapa ratus kali di Nusa Tenggara Barat serta merembet ke Nusa Tenggara Timur, Tsunami Super Dahsyat di Palu dan
Donggala, pesawat Lion Air jatuh di Laut Cikarang.
Tanggal 10 Oktober 2018 beberapa daerah di Jatim digoyang gempa dari Situbondo dengan menggoyang lebih dari 10 daerah terimbas. Tanggal 9 malam 10 November drama kolosal menelan korban jiwa amat dramatis. Bukan soal jumlah korban jiwa melayang sia-sia, tetapi membiarkan dan
tidak melindungi rakyat adalah dosa besar.
Peristiwa sangat memilukan itu, ialah drama kolosal di sekitar Tugu Pahlawan, sebagai tetenger sekaligus mengingatkan bahwa peristiwa para pahlawan melawan Sekutu dengan korban berjatuhan nyawa melayang terbesar dalam sejarah perang, tetapi dengan hasil sangat menakjubkan karena berhasil mengusir Sekutu dari bumi Surabaya dan sekitarnya, termasuk Jenderal Malaby sebagai panglima perang gugur di sekitar jembatan merah.
Drama kolosal dengan melibatkan rakyat baik sebagai pelaku pertunjukkan sejarah maupun rakyat sebagai penonton, tiba-tiba saja digegerkan dengan kecelakaan dramatis, ketika penonton di atas rel
kereta api di atas jembatan tugu pahlawan, tertabrak kereta api, 2 orang tewas dan lebih dari 5 orang luka cukup berat dan ringan.
Tetapi, peristiwa itu sudah hilang dalam pembicaraan dari kampung ke kampung, dari para pejabat yang berwenang apalagi mengaku tidak tahu apa-apa. Bahkan berusaha menghindar dengan harapan terkesan tidak tahu menahu dengan kecelakaan dramatis itu.
Sebagai penyampai informasi dan melakukan kontrol sosial, terutama atas peristiwa itu, sebaiknya seluruh rangkaian Hari Pahlawan, pemerintah harus hadir di tengah-tengah rakyat, menjadi pelayanan rakyat dan penyambung berbagai aspirasi rakyat.