Jeruk RGL sendiri memiliki banyak keunggulan, di antaranya mempunyai cita rasa manis, asam dan segar dengan kandungan air yang banyak. Jeruk keprok RGL juga lebih menarik karena memiliki kulit dan buah berwarna orange. Selain itu, varietas ini juga dapat dipanen sepanjang tahun dengan produktivitas yang cukup tinggi, yaitu 100-150 kg/ha per tahun.
Selain bantuan bibit, para petani Banyuwangi juga diberi pendampingan dan pelatihan budi daya jeruk medium dataran tinggi, mulai teknik pengolahan tanah, pemupukan, pemangkasan, hingga penanganan pasca panen.
“Kami berterima kasih ke Kementan yang tahun depan juga akan kembali menggerojok petani Banyuwangi dengan bantuan sarana produksi pertanian, termasuk pupuk dan pestisida. Kolaborasi pusat dan daerah seperti ini akan mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan petani,” ujar Anas.
Anas berharap, pengembangan jeruk ini bisa memperkaya produk hortikultura Banyuwangi. “Tidak hanya menambah manfaat bagi pengembangan sektor pertanian di Banyuwangi, tapi ini juga menjadi potensi wisata agro di Banyuwangi. Apalagi, letak lahannya berada di bawah kaki Gunung Ijen, wisatawan yang turun dari Ijen bisa mengunjungi kawasan jeruk tersebut,” kata Anas.
Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi Arief Setiawan menambahkan, selain varietas jenis anyar, Kementan juga memberikan 2 ribu bantuan bibit jeruk varietas unggul lain untuk keperluan uji multi lokasi atau penelitian.
Dua ribu benih tersebut telah ditanam di areal perkebunan Lijen, Kecamatan Licin. “Kalau bibit yang ini memang belum ada nama varietasnya karena masih taraf uji coba dan penelitian. Tujuannya, untuk melihat apakah varietas ini cocok atau tidak di Banyuwangi.
Jika hasilnya memang OK, baru akan didaftarkan dan dilakukan pelepasan varietas oleh Kementan untuk selanjutnya dikembangkan di sini,” kata Arief. (ari)