Sementara itu, Dalang Ki Anom Suroto dalam mementaskan wayang kulit dengan lakon “Begawan Ciptaning” mengisahkan tentang Raden Arjuna yang tengah melakukan tapa-brata di dalam Gua Mintaraga di tlatah Gunung Indrakila. Saat bertapa, Raden Arjuna mendapatkan cobaan berat yang tidak sekadar berwujud makhluk biasa, namun juga para dewa dan bidadari dari Kahyangan Jong Giri Saloka.
Cobaan pertama berupa godaan duniawi dari tujuh bidadari yang diutus oleh Sang Hyang Bathara Indra. Karena keteguhan jiwanya, godaan yang dilambangkan tujuh warna pelangi di dunia itu tidak membuahkan hasil. Mereka pun pulang ke kahyangan dengan membawa rasa malu yang teramat dalam.
Godaan kedua berupa penyamaran Sang Hyang Bathara Indra menjadi resi tua bertubuh renta. Di depan Begawan Ciptaning, resi itu menyindir tapa-brata yang dilakukan Raden Arjuna hanya bertujuan untuk kebutuhan pribadi dan memburu keindahan dunia. Namun, sang Arjuna menegaskan bahwa tapa-brata yang dilakukannya adalah untuk mengukuhkan darmanya sebagai seorang ksatria.
Mendengar keteguhan Raden Arjuna, Sang Hyang Bathara Indra pun menunjukkan sosok aslinya yang menandakan godaan kedua telah berhasil dilewati. Tak berhenti disitu, Begawan Ciptaning mendapatkan godaan ketiga berwujud celeng, yang merupakan jelmaan Dibya Mamang Murka selaku utusan dari Prabu Niwata Kawaca (raja Manimantaka). Namun lagi-lagi, berkat keteguhan batinnya, Begawan Ciptaning mampu mengatasi godaan tersebut.
Setelah itu, datang godaan terakhir berupa dua ksatria jelmaan Sang Hyang Manikmaya (Bathara Guru) dan Sang Hyang Kanekaputra (Bathara Narada). Namun kedua ksatria yang turut membinasakan Dibya Mamang Murka dengan panahnya itu dapat ditaklukkan oleh Begawan Ciptaning.
Selepas kedua ksatria yang telah berubah menjadi Sang Hyang Manikmaya dan Sang Hyang Kanekaputra, Begawan Ciptaning mendapatkan anugerah berupa panah Pasopati. Panah ini bisa membinaskan keangkara-murkaan Prabu Niwata Kawaca, raja raksasa yang berhasrat mempersunting Bathari Supraba, bunga tercantik dari Kahyangan Jong Giri Saloka. (guh/med)