Lamongan
– Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang diberikan pada masyarakat miskin di Lamongan di duga dipermainkan harganya karena tidak sesuai dengan nominal yang diterimakan. Seperti yang diungkapkan Ketua Jaringan Masyarakat Lamongan (Jamal) Afandi, dalam menyikapi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Minggu (04/11/2018).Menurut Afandi, BNPT yang seharusnya diberikan setiap keluarga miskin mendapat bantuan senilai Rp.110.000 perbulan yang bisa dibelikan barang kebutuhan pokok seperti beras dan telur di warung yang sudah ditunjuk. Namun ada beberapa persoalan, yaitu bantuan yang diterima masyarakat berupa beras 8 kilogram dan telur sejumlah 10 butir total harganya hanya Rp. 85.000.
” Kondisi seperti itu berarti ada selisih Rp.25.000 setiap penerima dalam dari total bantuan Rp.110.000 setiap bulanya ” jelas Ketua Jaringan Masyarakat Lamongan (Jamal) Afandi,
Disamping itu, menurut Afandi kejadian seperti ini terjadi di Kecamatan Kembangbahu dan Kecamatan Tikung. Di dua kecamatan tersebut penerima BNPT hanya menerima 1, 8 Kg beras dengan asumsi setiap kilogramnya berharga Rp.8.500, dan telur ayam horn 10 butir dengan asumsi telur seharga Rp.20.000 setiap kilogramnya, padahal sesuai fakta di pasar tradisional dan atau modern harga telur Rp.18.500 perkilogramnya, dan ukuran telur besar setiap kiligramnya berisi 16 butir, sedangkan ukuran kecil perkilogram berisi 18 butir.
“ Analisa di lapangan jika beras 9 kilogram dan 10 butir telur total harganya sekitar Rp.85.000. Ini artinya ada selesih” jelas Cak Pandik memaparkan.
Dari kejadian yang ada di dua kecamatan tersebut, Afandi menduga dari selisih harga tersebut negara mengalami kerugian akibat program yang kurang tepat dalam penerimaannya.
“Jika diasumsikan dengan kalkulasi penerima BPNT di Kabupaten Lamongan sebanyak 14.000 Kepala Keluarga (KK), maka nilai kerugian negara sebesar Rp.350.000.000,- per bulan di Kabupaten Lamongan” pungkasnya. (bis)