Wawancara : PBB Fokus Wujudkan Fraksi di DPR

Wawancara : PBB Fokus Wujudkan Fraksi di DPR
Djoko Tetuko (kiri) bersama Yusril Ihza Mahendra

Ya seperti saya katakan tadi, yang penting konsentrasi dan fokus untuk memenangkan PBB dengan seluruh kekuatan yang sudah ada sekarang ini, sehingga semua kader PBB tidak sampai terpecah konsentrasinya hanya memikirkan partai lain atau membesarkan partai lain.

Pemetaan tim pemenangan PBB untuk meraih fraksi di DPR seperti apa?

Untuk daerah pemilihan di Jawa, Jawa Timur dan Jawa Barat, kita harapkan masing-masing memberikan kontribusi 5 kursi, kemudian Aceh 2 kursi, dan beberapa daerah di Sumetera, kecuali Lampung potensi PBB masih sangat kuat. Demikian juga di Kalimantan, Kalsel dan Kalteng juga Kaltim. Serta Sulawesi. Di beberapa daerah pemilihan itu, insyaAllah mampu mewujudkan satu fraksi atau sekurang-kurangnya 26 kursi.

Bagaimana kedekatan dengan NU selama ini?

Saya berkali-kali menyatakan bahwa sudah saatnya anak-anak NU dan anak-anak Masyumi harus bersatu. Bersatu juga mewujudkan satu suata di DPR. Artinya umat Islam bersatu, terutama Masyumi dan NU untuk bersama-sama membela Islam dan membela NKRI. Bahkan sebelum membentuk kembali PBB setelah Reformasi, waktu itu disaksikan almarhum Asmuni (pelawak yang orang Masyumi itu), datang ke rumah Pak Ud (Yusuf Hasyim) di Jombang, kita bicara perlunya umat Islam mewujudkan satu partai saja. Tetapi semua partai akhirnya lahir.

Apakah punya keinginan menyatukan Masyumi dengan NU kembali?

Bukan hanya keinginan, tetapi sudah berusaha menjadi kenyataan bahwa pada saat Sidang Umum MPR 1999 dengan Ketua MPR, Amien Rais, pada saat menetapkan Calon Presiden dan Wakil Presiden, sesuai dengan Ketetapan MPR pada pukul 08.00 semestinya kelengkapan admainistrasi calon sudah ditutup, dan pada waktu yang daftar memenuhi persyaratan dengan mendaftar pada pukul 06;30 hanya saya sendiri. Gus dan Mega sampai pukul 08;00 belum memenuhi persyaratan administrasi. Tetapi waktu itu, demi Gus Dur, saya tidak melakukan protes atau punya keinginan membatalkan. Padahal, sesuai dengen Ketatapan MPR kalau waktu itu saya protes dan hanya calon tunggal, maka sesuai TAP MPR langsung aklamasi.

Apakah setelah itu ada upaya lain?

Waktu Kiai Faqih (almarhum/pengasuh Pondok Langitan Widang Tuban, red) ke Istana Presiden bersama kiai-kiai, juga ada Khofifah, kiai Faqih sempat menyampaikan, ’’Kiai-kiai terima kasih kepada sampean karena tidak melakukan protes, dan mempersilakan Gus Dur maju sebagai Presiden’’.  Saya pun menyampaikan, ‘’Kalau pada tahun 1955 NU keluar dari Masyumi gara-gara kursi Menteri Agama, KH Faqih Usman memenang voting atas KH Wahid Hasyim, maka 1999 saya ganti dengan kursi Presiden, sehingga sudah saatnya NU dan Masyumi berssatu kembali’’.