Surabaya – Tsunami dan gempabumi berkekuatan magnitude 7,7 yang kemudian dimutakhirkan oleh BMKG menjadi magnitudo 7,4 yang mengguncang wilayah Kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (28/9/2018) pukul 17.02 WIB, telah merenggut nyawa 832 orang. Begitu data terbaru yang dirilis Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB), Minggu (30/9) siang di Jakarta.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, dari jumlah korban gempa dan tsunami itu, masing-masing sebanyak 821 orang di kota Palu dan 11 orang di Kabupaten Donggala.
“Itu adalah jumlah korban yang kami terima dari petugas di lapangan. Korban tewas yang ditemukan dimakamkan secara massal karena pertimbangan kesehatan. Mereka yang dimakamkan setelah bisa diidentifikasi,” katanya.
Sutopo mengatakan, jumlah korban meninggal kemungkinan masih akan bertambah terus. Selain masih banyak jenazah yang belum teridentifikasi, pencarian juga masih terus dilakukan direruntuhan bangunan.
“Saat ini proses evakuasi masih fokus di empat titik, yakni, di Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong. Untuk di Palu, proses evakuasi hari ini beberapa hotel, restoran, Ramayanan, pantai Talise yang terkena tsunami, dan perumahan Balaroa. Di hotel Roa Roa misalnya, diperkirakan ada sekitar 60-an penghuninya,” jelasnya.
Sementara untuk korban luka ratusan orang dan pengungsi mencapai belasan ribu orang. Dalam keterangan terakhir, BNPB menyebut korban luka 540 orang dan pengungsi 17 ribu orang.
Hanya, lanjut Sutopo, proses evakuasi terkendala dengan terbatasnya alat berat, komunikasi, pasokan listrik, serta kondisi jalan yang rusak berat akibat guncangan di wilayah terdampak.
Komunikasi yang lumpuh saat ini menyebabkan kesulitan untuk koordinasi dan pelaporan dengan daerah. Kondisi listrik padam juga menyebabkan gelap gulita di Palu dan Donggala. Gempa susulan masih terus berlangsung.
Sutopo juga mengatakan, Bupati dan Wali Kota, diminta untuk segera melakukan tanggap darurat. Tanggap darurat mulai 28 September hgingga 11 Oktober 2018. (wt)