Lapsus  

Sapi : Simbol Kesejahteraan Masyarakat Desa Wonoayu (Bagian 1)

Sapi : Simbol Kesejahteraan Masyarakat Desa Wonoayu (Bagian 1)
Sebanyak 150 Sapi di Desa Wonoayo, Kecamatan Wajak, Kab Malang tengah mengikuti insiminasi buatan
Bupati Malang DR Rendra Kresna didampingi Kadis Petenakan & Kesehatan Hewan Nurcahyo,SH.M.Hum
Bupati Malang DR Rendra Kresna didampingi Kadis Petenakan &
Kesehatan Hewan Nurcahyo,SH.M.Hum

Peternakan di Kabupaten Malang meliputi sektor sapi potong, sapi perah, kambing PE, dan unggas baik berbasis daging potong dan petelur. Di Kabupaten Malang, saat ini tersedia 230.000 ekor sapi. Setiap tahunnya lahir anak sapi (pedet) 60.000 ekor lebih. Harga pedet antara Rp 8,5 juta . Jadi tiap tahunnya ada perputaran sekitar Rp 500 milliar.

Sedangkan untuk sapi perah tersedia 90.000 ekor lebih. Jadi untuk ketersediaan daging Jawa Timur jika dikalkulasi dengan daerah lainya sangat terpenuhi, bahkan lebih. Jadi kalau Pak Gubernur menolak daging impor, itu sangat tepat. Tapi perlu dicatat bahwa ketersediaan daging tidak saja Sapi melainkan
kambing dan unggas.

Dari peternakan saja, sumbangsih untuk PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Malang kisaran 2 sampa 3 persen atau sekitar Rp 1,5 triliun lebih. PDRB Kabupaten Malang pada tahun 2017 sekitar Rp 82 triliun. Tapi PDRB itu sumbernya tidak saja pertanakan, melainkan dari industri olahan, pertanian, perdagangan, perkebunan dan lainya.

Lalu apa yang membedakan Kabupaten Malang dengan daerahnya lainnya di Jawa Timur, Rendra Kresna mengatakan, pertama karena masyarakat senang bertenak. Minatnya memang sudah ada. Kedua eksistensi, pemerintah serius menfasilitasi peternak. Dan tidak kalah pentingnya adalah peran pejuang pejuang peternakan yang kita sebut ensiminator yang ada di desa desa. Mereka bukan pegawai negeri, bukan pegawai daerah.

Tapi mereka berkomitmen dan pemberintah memberikan fasilitas, memberikan pelatihan dan keperluan hanya mereka butuhkan. Pembekalan, ilmu dan pembekalan termasuk insiminasi buatan. Jumlah petugas sekiatar 67 orang.

Potensi peternakan di Kabupaten Malang tidak mengada-ada karena saya juga cukup lama mengikuti perkembangan peternakan. Sudah sejak lama menjadikan saya banyak “menghamili” sapi dengan inseminasi di setiap tahunnya.

Tak terkecuali, adalah keberadaan BPIB Singosari yang merupakan hasil sumbangan dari Pemprov Jatim. Kala itu Gubernur Jatim, Imam Utomo mendatangkan sapi pejantan dari Australia sehingga kini terus dikelola di BPIB sehingga menghasilkan semen beku yang bisa dipesan oleh siapapun, baik untuk semen beku bibit jantan, betina hingga kembar dengan harga murah.

“Setiap tahunnya saya juga memberikan pengarahan kepada para peserta pelatihan dari Asia Afrika yang mengikuti pelatihan di BPIB. Kita memiliki 67 petugas inseminator. Mereka memiliki semangat tinggi turun langsung ke para peternak di desa-desa. Rata-rata anak sapi atau pedet 60 ribu per tahun dari inseminasi BPIB. Jumlah itu belum termasuk yang alami dan baru jenis sapi potong. Jumlah populasi sapi kurang lebih 230 ribu ekor sapi potong dan 90 ribu sapi perah. Jumlah ini belum termasuk sapi pabrikan.

Didampingi Kepala Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan Pemkab Malang Nurcahyo,SH,M.Hum, Rendra Kresna menyatakan, dalam perkembangannya petani ternak di Malang sudah terbagi dalam klaster klaster. Ada spesialisasi pedet. Mereka ini hanya bermain kusus pedet usia 0 bulan sampai 6 bulan. Lalu adalagi yang spesialisasinya usia satu sampai dua tahun.

Bagi mereka yang spesialis pedet cenderung membeli yang betina, lalu diikutkan program penggemukan. Jadi keuntungannya berpindah pindah sesuai profesinya. “Mereka itu sudah punya ilmunya,”.

Dinas Pertenakan tidak bermain disitu melainkan pada tataran budidaya dari memelihara indukan, membuntingkan, menjaga sehatan, menjadikan bibit bagus. Kalau harga itu yang menentukan adalah pasar. Kalau harga pedet atau sapi lagi bagus, ya silahkan saja pembeli nego dengan pemilik ternak. Tugas pemerintah adalah melindungi ternaknya, dagingnya, dan aman untuk di kunsumsi.

Menyingung soal harga daging sapi yang cenderung variatif, Kadis Peternakan Kabupaten Malang Nurcahyo mengatakan, yang membuat mahal bukan harga sapinya melainkan darimana sapi itu didatangkan atau transportasinya.

Untuk orang Malang, harga daging kisaran Rp 100ribu. Tapi sampai di Surabaya, perlu ada tambahan biaya angkutannya. Biaya transportasinya itu menjadikan daging mahal. Menurutnya, harga daging di Malang kisaran Rp 100ribu. Tapi kedepan daging di Surabaya tidak setinggi sekarang. Kemudahan akses jalan tol akan memperlancar distribusi ternak dari Malang ke Surabaya.

Nurcahyo menjelaskan, meski Malang termasuk penopang sapi di Jatim namun untuk memenuhi kebutuhan susu warga Malang ternyata masih kurang. Penyebabnya karena dari peternak langsung menjual ke Nestle. Dan pasokan dari peternak untuk kebutuhan Nestle masih sangat kurang.
(Amin Istighfarin)