Lapsus  

Sapi : Simbol Kesejahteraan Masyarakat Desa Wonoayu (Bagian 1)

Sapi : Simbol Kesejahteraan Masyarakat Desa Wonoayu (Bagian 1)
Sebanyak 150 Sapi di Desa Wonoayo, Kecamatan Wajak, Kab Malang tengah mengikuti insiminasi buatan

“Bahagia itu sederhana, dimana hati selalu bersyukur atas apa yang kita dapat,”. Kalimat bijak ini sepertinya cocok untuk seorang laki laki bernama Usman, 30 tahun, penduduk desa Wonoayu Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, Jawa Timur. Usman adalah peternak sapi yang sukses di desanya. Ia juga dikenal sebagai tukang batu yang mumpuni. Selain itu, Usman seorang petani yang produktif dengan sawah miliknya seluas 1 hektar.

“Untuk orang seperti saya, kalau mau hidup hemat dan tidak neko neko, sudah cukup. Sedangkan ternak sapinya dianggap sebagai simpanan. Jika keadaan darurat sewaktu waktu bisa dijual. ungkap Usman, bapak satu anak ini ketika ditemui wartawan dirumahnya desa Wonoayu, Rabu(29/8/2018).

Usman hidup dalam keluarga yang bahagia. Dirumah (dua unit rumah) dihuni istri, satu anak, dan bapak/ibu mertuanya. Meski usia mertuanya sudah menginjak 60 tahun, namun masih mampu ngarit (mencari rumput) untuk pakan ternak dan berkebun. Penghasilannya sebagai tukang batu Rp 525.000/minggu (bekerja Senin sampai Sabtu).

Semula Sapinya hanya satu. Setelah ikut kelompok ternak sapi di Desanya Wonoayu, berikut program insiminasi buatan, kini berkembang menjadi tujuh.

Dia bercerita bahwa merawat sapi ternyata sangat mudah. Makanannya hanya rumput biasa. Diusahakan tidak dikasi makan damen (batang padi) kering. Sebab bisa menjadikan sapi kelihatan tidak sehat (kurus dan kelihatan tulang tulangnya).

Seminggu duakali ada makanan yang bergizi misalnya dari katul dan vitamin. Untuk vitamin ini ada bantuan dari pemerintah (Dinas Peternakan Provinsi Jatim dan Pemkab Malang). Sampai sekian tahun berternak, Usman mengaku belum sekalipun menjualnya. Ibaratnya Sapi ini bagai emas. Jadi sewaktu waktu bisa dijual. Dan tengkulaknya setiap saat bisa datang sekaligus menafsir harganya. Tafsiran tengkulak ini biasanya pas dengan tafsiran pemilik sapi. Untuk sapi yang ia miliki, tergolong sapi bagus dengan harga kisaran Rp 23 juta. Dan pedetnya, usia nol tahun sampai enam bulan antara Rp 8 jutaan sampai Rp 10 juta.

Lulusan sekolah dasar (SD) di desanya ini menyatakan, ada keinginan untuk menjual sapinya. Uangnya untuk beli mobil pickup, angkutan pakan ternaknya. Sebab kalau menggunakan sepeda motor sudah tidak bisa memuat untuk ukuran 7 ternaknya, harus bolak balik. Dan pickup ini bisa disewakan. Menyinggung soal kawin suntik, dikatakan Usman, untuk kawin Suntik biaya Rp 65.000/suntik. Kalau gagal, kawin suntik berikutnya hanya dipungut biaya Rp 30 ribu saja. Biasanya sekali langsung bunting, tapi juga ada yang sampai enam kali.

Tapi biayanya tetap tidak ada tambahan. Bagi peternak sapi juga harus paham pada saat mana harus kawin suntik. “Ada tanda tandanya,” ucapnya.

Sapi yang baik, kata Usman, tandanya kepalanya besar, kaki besar, pantatnya press (montok) dan badan memanjang. Jenis ini harga pasti tinggi “Kami berharap pemerintah bisa membantu vitamin terutama saat bunting,” harap Usman.

Wonoayu sebagai sentralnya sapi di Malang memang tidak main main. Hari itu Rabu (29/8/2018) UPT Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur di Malang sengaja melakukan aksi demo Sapi dengan melibatkan 150 ekor, 130 diantaranya adalah sapi betina. Tujuannya, ingin menunjukan kepada puluhan wartawan yang tengah mengikuti lomba karya tulis wartawan (LKTW) Pokja Pemprov Jawa Timur sekaligus menunjukan kepada publik bahwa Wonoayu memang gudangnya Sapi. Kegiatan demo sapi itu, yang pertama adalah demo insiminasi buatan. Kedua, ingin tunjukan siapa siapa petugas pemeriksaan pembuntingan. Memang tidak semua orang diperbolehkan melakukan insiminasi. Harus memenuhi kualifikasi tertentu.

Pertama adalah dokter hewan. Kedua petugas insiminator yang sudah mengikuti pelatihan pembuntingan. Hari ini ada 60 petugas insiminator. Namun yang bisa melakukan pembuntingan hanya 20 oang saja. Untuk menjadi petugas insiminator saratnya punya jam tebang sekurang kurangnya 2 tahun dan bersertifikat. Jadi 20 oang itu yang memiliki kompetensi. terang Iswahyudi Kepala UPT Dinas Peternakan Jatim di Malang.

Di Kabupaten Malang hampir semua Kecamatan memiliki sentra petenakan binaan . Hanya saja di Wonoayu, Kecamatan Wajak relatif lebih banyak ketimbang desa lainya.

Kepala Desa Wonoayu Ernama,S.Sos,Msi menyatakan, Wonoayu berada di ketinggian 50 meter diatas permukaan laut. Desa ini dihuni 392 KK (Kepala Keluarga), dengan jumlah sapi 886 ekor.

Pada umumnya penduduk tidak hanya berternak sapi, tapi juga ada Kambing dan ayam. Jadi rata rata satu rumah minimal ada 2 sapi.

Dalam lima belas tahun terakhir ini penduduk desa Wonoayu, perkembangannya sangat pesat. Semula rumah rumah penduduk terbuat dari sesek (bambu). Jalan utama tidak sebagus sekarang beraspal mulus.

Mayoritas penduduknya sebagai petani sawah dan berternak. Generasi mudanya, saat ini sudah mulai menyerbu Kota baik untuk bekerja maupun kuliah. Namun juga banyak yang bekerja di luar negeri (TKI) terutama wanitanya. Malaysia, Hongkong, Taiwan dan Singapura menjadi tujuan utamanya. Kalau Timur Tengah hampir tidak ada.

Melihat perlompatan ekonomi yang demikian pesat, menurut Bu Kades Ernama, malah sangat kawatir akan terjadi krisis petani ternak di desanya. Sebab generasi penerusnya cenderung memilih hidup di kota baik sebagai pekerja maupun kuliah. Kami selalu mendorong untuk mencari pengalaman baru. Namun kalau arus urbanisasi ini tidak bisa dibendung, kedepan lalu siapa yang meneruskan. Padahal desa Wonoayu sangat dikenal sebagai gudangnya
ternak sapi.

Dulu rumah rumah disini terbuat dari sesek (banbu). Tapi sekarang sudah bata merah. Bagus bagus. Setiap rumah sudah ada sepeda motor dan bahkan mobil, termasuk peralatan elekronik lainya seperti teevisi. Jalan juga sudah beraspal mulus. Sebagian dibangun oleh Pemkab Malang melalui APBD, anggaran dana desa (ADD) dan swadaya masyarakat.

Kami selalu membangun komunikasi dengan Pak Miskat , anggota DPRD Kab Malang yang kebetulan penduduk asli Wonoayu. Beliau ini sangat perhatian dengan desanya. tegas Bu Kades sambil melirik Miskat yang ada di disebelahnya.
“Sapi, kambing dan ayam ini menjadi simbol kesejahteraan masyarakat Wonoayu,” ucapnya.

Peternakan Sapi ini mulai ada sejak 1990. Mulanya hanya sekitar lima orang. Itupun ada keengganan menerima bantuan dari Pemkab. Saat itu pola asuhnya masih sangat tradisional. Kemudian tahun 2003 mulai ada program yang lebih modern yaitu IB (insiminasi buatan/kawin buatan).

Ernama,S.Sos,MSi yang akan mengakhiri jabatanya kali kedua 2019 untuk periode kedua menjelaskan, kegiatan warganya selain bertani, beternak sapi, kambing dan ayam, ada pekerjaan lain yaitu tanaman hias yang setiap minggunya bisa mengirim 2 sampai 3 truk ke Jawa Tengah. Juga produksi kripik tempe.

Hari ini desa Wonoayu punya Icon yang sangat ektrem yaitu olahraga bermotor kusus tril 1500cc, Pacuan Kuda dan Kolam renang. Sekolah sepakbola (SSB) juga mulai kita bina.

Belum lama ini kita adakan lomba motor piala Menpora dengan melibatkan pembalap pembalap se Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Areal balap motor sangat menantang karena medanya berbukit. Arena pacu motor dan lapangan sepakbola terus kita benahi. tandas Ernama setengah promosi keberhasilannya itu.

Pertumbuhan populasi Sapi di Jawa Timur selama kurun waktu empat tahun terakhir sejak 2015 sampai 2017 mengalami kenaikan sampai 3,77 persen.

Pada tahun 2015 misalnya ketersediaan sapi potong mencapai 4.267.325 ekor, lalu 2016 meningkat menjadi 4.407.807 ekor dan tahun 2017 menjadi 4.573.893 ekor.

Sedangkan untuk sapi perahan juga dari tahun ke tahun menglamani kenaikan. Tahun 2015 sampai 2017 terjadi kenaikan 4,03 persen. Pada tahun 2015 tercatat 256.947 ekor, tahun 2016 265.002 dan tahun 2017 menjdi 275 675 ekor sapi.

Lalu bagaimana dengan kontribusi Jawa Timur dalam pengadaan pangan nasional. Data di Dinas Peternakan Jawa Timur menunjukan nilai positif dengan menyumbang 28 persen. Populasi Jawa Timur untuk sapi potong 4.573.893 ekor, sedangkan angka nasional hanya 16.599.247. Sapi perah populasinya 275.675 ekor.

Sebaliknya untuk produksi daging dan susu sapi di Jawa Timur pada tahun 2017 mencapai 102.932 ton, sedang tahun yang sama produksi nasional hanya 531.757 ton atau sekitar 19 persen.

Untuk produksi susu pada tahun 2017 mencapai 513.715 ton, sedang produksi nasional hanya 928.893 ton atau menyumbang 55 persen untuk nasional.

Melihat produksi yang sedemikian besar baik sapi potong, sapi perah, daging sapi dan susu menempatkan Jawa Timur diperingkat 1 nasional sekaligus menjuluki Jawa Timur sebagai lumbungnya peternakan.

Untuk mendukung ketahanan Jawa Timur sebagai sentra peternakan, Dinas Peternakan memiliki 7 UPT (Unit Pelaksana Tekinis). Sentra petenakan itu ada di Jombang, Madura, Lamongan, Madiun, Tuban dan Kabupaten Malang yang terbesar. Didukung 20 Laboratorium, tiga diantaranya milik Pemprov yaitu di Tuban, Madura dan Malang,serta 17 Lab milik Pemkab/Kota.

Jawa Timur juga memiliki rumah potong hewan terbanyak diantaranya yaitu 134 RPH (131milik pemerintah) dan 3 RPH milih swasta, 202 pasar hewan, 19 pabrik pengolahan pakan ternak, 35 pos IB (Insiminasi Buatan), 8.500 kelompok Ternak, dan 67 Koperasi Ternak, serta 1 balai besar inseminasi buatan (BBIB) di Singosari Malang dan UPT IB Disnak Jawa Timur.

Sementara itu mempercepat peningkatan populasi ternak Disnak Jawa Timur juga terus melakukan pelatihan pelatihan terhadap SDM (Sumber Daya Manusia).

Sampai tahun 2017 tercatat ada 364 petugas medik (dokter hewan), petugas paramedik veteriner 636 orang, petugas insiminator (IB) 1.436 orang, petugas pemeriksa kebuntingan (PKB) 1.129 orang. “Menhamili Sapi”

Bupati Malang DR Rendra Kresna dalam kesempatan menerima rombongan peserta LKTW Pokja Wartawan di pendopo Agoeng mengatakan Kabupaten Malang, menjelaskan, Kabupaten Malang sebagai salah satu daerah yang memiliki populasi sapi terbesar dalam skala daerah baik sapi potong dan sapi perah.