Kondisi di Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang positif tidak selalu diikuti dengan penurunan pada tingkat pengangguran dari periode sebelumnya, begitu pula sebaliknya.
Tingkat pengangguran di Indonesia memiliki trend yang cenderung terus meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi belum mampu meningkatkan kesejahteraan dan menyerap lapangan kerja. Kalau toh pengangguran pernah turun itupun tidak berpengaruh signifikan.
Justru peningkatan angkatan kerja terjadi pada angkatan kerja paruh waktu dan separuh mengganggur.
Atas alasan itu, pertumbuhan tidak berhasil pada penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan yang ada tidak berkualitas. Penciptaan lapangan kerja sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi diperkirakan tidak dapat menyerap angkatan kerja baru yang muncul setiap tahun dan jumlah pengangguran yang sudah ada dari tahun sebelumnya.
Hal tersebut menjelaskan mengapa tingkat pengangguran cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai Indonesia setiap tahunnya.
Mengapa pertumbuhan ekonomi kualitasnya berada pada posisi yang rendah terutama dala menyerap tenaga kerja, ini barangkali pertumbuhan ekonomi banyak ditopang oleh sektor jasa yang sangat minim akan penyerapan tenaga kerja.
Jadi sektor- sektor yang bersifat padat karya misalnya sektor manufaktur dan sektor pertanian kurang berperan dalam penyerapan tenaga kerja sehingga tidak berdampak pula pada penurunan angka kemiskinan.
Pertumbuhan tertinggi telah dicatat oleh tiga lapangan usaha dan telah mendorong dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi selama dua tahun terakhir yaitu sektor Informasi dan Telekomunikasi sebesar 9,2 %, jasa keuangan dan asuransi sebesar 8,83 % dan transportasi-pergudangan sebesar 8,2 %, namun perlu diketahui bahwa sektor-sektor tersebut bukan merupakan sektor padat karya.
Dilain pihak struktur perekonomian kita masih bertumpu pada sektor konsumsi rumah tangga yang sangat rentan terhadap gejolak inflasi. Ketika inflasi umum menunjukkan angka yang rendah pemerintahpun tidak perlu segera merasa puas, karena penyumbang inflasi tersebut berasal dari kelompok bahan makanan (volatile food) yang jauh di atas inflasi umum sehingga pemerintah harus segera mengendalikan pergerakan inflasi tersebut.
Pemerintahpun harus segera mengambil langkah-langkah jitu untuk melakukan treatment untuk mensiasati inflasi dari dari sisi penawaran (supply side) yang telah terjadi cukup lama.
Akan tetapi yang dilakukan pemerintah selama ini adalah melalui kebijakan moneternya (demand side) dengan jalan melalui bank sentral menaikkan suku bunga untuk menyedot dana dari perekonomian sehingga menyebabkan bunga sulit turun dan sangat kontraproduktif terhadap perkembangan sektor riil.
Hal lain dapat dicermati bahwa prediksi elastisitas pertumbuhan terhadap penciptaan lapangan kerja dari tahun ke tahun terus menerus turun, ini mengindikasikan bahwa betapa sulitnya pertumbuhan ekonomi kita untuk menyerap tenaga kerja.
Sementara investasi besar-besaran di sektor infrastruktur yang notabene menyerap semua sumber baik dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Sumber Daya Manusia (SDM) yang sekaligus menjadi prioritas pemerintah dan lokomotif pertumbuhan ekonomi justru tidak mampu menyerap tenaga kerja.
Pertumbuhan ekonomi dalam hubungannya dengan pembangunan yang berkelanjutan, dapat diketahui bahwa peningkatan output sektor-sektor ekonomi riil dapat dibentuk melalui mekanisme kapasitas produksi yang bertambah. Namun pertumbuhan ekonomi dalam hubungannya dengan pembangunan yang berkelanjutan seharusnya juga ditopang oleh investasi dan bukan lebih banyak ditopang dengan konsumsi seperti sekarang ini.
Pemerintah seharusnya lebih mendorong investasi agar penyerapan tenaga kerja dan pemberian kesempatan kerja kepada masyarakat serta pemanfaatan sumber daya lain juga semakin optimal.
Disamping itu secara teoritis investasi dapat memberikan efek multiplier yang lebih besar, daripada konsumsi yang pada jangka waktu tertentu akan cepat jenuh.
Kita semua mengetahui bahwa pemerintah telah bekerja keras dalam mendongkrak angka pertumbuhan ekonomi, namun hendaknya pemerintah juga tidak hanya berpatok pada angka-angka pertumbuhan lalu mengabaikan dampak pada penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Jadi dalam hal pertumbuhan ekonomi disamping dari segi kuantitas hendaknya dari segi kualitas juga harus mendapat perhatian ekstra.