Opini  

Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja

Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja
Djawoto, Dr., SE., MM (Dpsen Tetap STIESIA Surabaya)

Oleh: Djawoto, Dr., SE., MM (Dosen Tetap STIESIA Surabaya)

OUTPUT atau pendapatan nasional merupakan ukuran paling komprehensif dari tingkat aktivitas ekonomi suatu negara. Salah satu ukuran yang lazim digunakan untuk output adalah produk domestik bruto (PDB).

PDB dapat dilihat sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian atau sebagai pengeluaran total pada output barang dan jasa perekonomian. Output ini dinyatakan dalam satuan mata uang (rupiah) sebagai jumlah dari total keluaran barang dan jasa dikalikan dengan harga per unitnya.

Jumlah total tersebut sering disebut sebagai output nominal, yang dapat berubah karena perubahan baik jumlah fisik maupun perubahan harga terhadap periode dasarnya. Untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tersebut karena perubahan fisik saja, maka nilai output diukur tidak pada harga sekarang tetapi pada harga yang berlaku pada periode dasar yang dipilih.

Jumlah total ini disebut sebagai output riil. Perubahan persentase dari output riil disebut sebagai pertumbuhan ekonomi.

Sementara penduduk dalam usia kerja disebut sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja terbagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja dimaksud adalah tenaga kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan.

Bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan, dan sedang tidak mencari pekerjaan; yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar, mahasiswa), mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, penderita cacat yang dependen).

Angkatan kerja dibedakan ke dalam dua subkelompok, yaitu pekerja dan penganggur. Pekerja ialah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja.

Penganggur ialah orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan. Tingkat penganggur diukur sebagai suatu presentase dari angkatan kerja total yang tidak mempunyai pekerjaan terhadap seluruh angkatan kerja.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu wacana yang menonjol dalam konteks perekonomian suatu negara dan menjadi penting karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian perekonomian negara tersebut.

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai seperti yang telah direncanakan bagi suatu negara  merupakan suatu keberhasilan kebijakan dalam perekonomian negara tersebut. Dari sinilah, maka negara-negara berusaha untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal dengan cara melakukan berbagai kebijakan dalam perekonomian.

Disamping itu pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka panjang  yang mengukur prestasi perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa dari suatu periode ke periode berikutnya akan selalu meningkat dengan meningkatnya faktor-faktor produksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Akibat perkembangan penduduk, tenaga kerja menjadi bertambah, dan ketrampilan mereka akan bertambah dengan bertambahnya pengalaman kerja dan pendidikan. Namun perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya.

Sering kali pertambahan potensi memproduksi jauh  lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya, dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya.

Dalam kenyataannya pertumbuhan ekonomi belum mampu meningkatkan kesejahteraan dan belum menyerap lapangan kerja. Sektor yang berbasis sumber daya alam  dan daya serap tenaga kerja yang berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat belum menunjukkan pertumbuhan yang pesat, namun justru sektor yang  tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat tumbuh secara pesat.

Salah satu prioritas dalam membangun perekonomian yang dikemukakan  pemerintah Indonesia adalah penciptaan lapangan pekerjaan atau berkurangnya tingkat pengangguran dengan alasan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang besar berpotensi tinggi dalam menghasilkan output nasional dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Dari angkatan kerja di Indonesia yang ada diantaranya tergolong pengangguran. Hal ini menyebabkan potensi SDM yang ada dan potensi output yang dihasilkan terbuang sia-sia.

Kondisi di Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang positif tidak selalu diikuti dengan penurunan pada tingkat pengangguran dari periode sebelumnya, begitu pula sebaliknya.

Tingkat pengangguran di Indonesia memiliki trend yang cenderung terus meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi belum mampu meningkatkan kesejahteraan dan menyerap lapangan kerja. Kalau toh pengangguran pernah turun itupun tidak berpengaruh signifikan.

Justru peningkatan angkatan kerja terjadi pada angkatan kerja paruh waktu dan separuh mengganggur.

Atas alasan itu, pertumbuhan tidak berhasil pada penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan yang ada tidak berkualitas. Penciptaan lapangan kerja sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi diperkirakan tidak dapat menyerap angkatan kerja baru yang muncul setiap tahun dan jumlah pengangguran yang sudah ada dari tahun sebelumnya.

Hal tersebut menjelaskan mengapa tingkat pengangguran cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai Indonesia setiap tahunnya.

Mengapa pertumbuhan ekonomi kualitasnya berada pada posisi yang rendah terutama dala menyerap tenaga kerja, ini barangkali pertumbuhan ekonomi banyak ditopang oleh sektor jasa yang sangat minim akan penyerapan tenaga kerja.

Jadi sektor- sektor yang bersifat padat karya misalnya sektor manufaktur dan sektor pertanian kurang berperan dalam penyerapan tenaga kerja sehingga tidak berdampak pula pada penurunan angka kemiskinan.

Pertumbuhan tertinggi telah dicatat oleh tiga lapangan usaha dan telah mendorong dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi selama dua tahun terakhir yaitu sektor Informasi dan Telekomunikasi sebesar 9,2 %, jasa keuangan dan asuransi sebesar 8,83 % dan transportasi-pergudangan sebesar 8,2 %, namun perlu diketahui bahwa sektor-sektor tersebut bukan merupakan sektor padat karya.

Dilain pihak struktur perekonomian kita masih bertumpu pada sektor konsumsi rumah tangga yang sangat rentan terhadap gejolak inflasi. Ketika inflasi umum menunjukkan angka yang rendah pemerintahpun tidak perlu segera merasa puas, karena penyumbang inflasi tersebut berasal dari kelompok bahan makanan (volatile food) yang jauh di atas inflasi umum sehingga pemerintah harus segera mengendalikan pergerakan inflasi tersebut.

Pemerintahpun harus segera mengambil langkah-langkah jitu untuk melakukan treatment untuk mensiasati inflasi dari dari sisi penawaran (supply side) yang telah terjadi cukup lama.

Akan tetapi yang dilakukan pemerintah selama ini adalah melalui kebijakan moneternya (demand side) dengan jalan melalui bank sentral menaikkan suku bunga untuk menyedot dana dari perekonomian sehingga menyebabkan bunga sulit turun dan sangat kontraproduktif terhadap perkembangan sektor riil.

Hal lain dapat dicermati bahwa prediksi elastisitas pertumbuhan terhadap penciptaan lapangan kerja dari tahun ke tahun terus menerus turun, ini mengindikasikan bahwa betapa sulitnya pertumbuhan ekonomi kita untuk menyerap tenaga kerja.

Sementara investasi besar-besaran di sektor infrastruktur yang notabene menyerap semua sumber baik dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Sumber Daya Manusia (SDM) yang sekaligus menjadi prioritas pemerintah dan lokomotif pertumbuhan ekonomi justru tidak mampu menyerap tenaga kerja.

Pertumbuhan ekonomi dalam hubungannya dengan pembangunan yang berkelanjutan, dapat diketahui bahwa peningkatan output sektor-sektor ekonomi riil dapat dibentuk melalui mekanisme kapasitas produksi yang bertambah. Namun pertumbuhan ekonomi dalam hubungannya dengan pembangunan yang berkelanjutan seharusnya juga ditopang oleh investasi dan bukan lebih banyak ditopang dengan konsumsi seperti sekarang ini.

Pemerintah seharusnya lebih mendorong investasi agar penyerapan tenaga kerja dan pemberian kesempatan kerja kepada masyarakat serta pemanfaatan sumber daya lain juga semakin optimal.
Disamping itu secara teoritis investasi dapat memberikan efek multiplier yang lebih besar, daripada konsumsi yang pada jangka waktu tertentu akan cepat jenuh.

Kita semua mengetahui bahwa pemerintah telah bekerja keras dalam mendongkrak angka pertumbuhan ekonomi, namun hendaknya pemerintah juga tidak hanya berpatok pada angka-angka pertumbuhan lalu mengabaikan dampak pada penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Jadi dalam hal pertumbuhan ekonomi disamping dari segi kuantitas hendaknya dari segi kualitas juga harus mendapat perhatian ekstra.