Opini  

Refleksi Kemerdekaan Indonesia ke-73 : Kisah Pelacur Tua

Refleksi Kemerdekaan Indonesia ke-73 : Kisah Pelacur Tua
Dari depan Dr Nik Adzreiman, Djoko Tetuko, Hadi Ismanto, dan Yoyon. Dr Nik adalah sahabat Djoko dari Malaysia saat menikmati indahnya Bromo, Selasa (3/4/2018)

Kisah pelacur tua hanya sekedar mengingatkan bahwa pekerjaan sangat buruk di mata masyarakat, sebagai seorang pelacur, ternyata masih membanggakan karena tidak pernah mencuri, merampok, apalagi koorupsi, juga terlibat mengatur skor hasil akhir Pemilu.

Juga tidak pernah berkhianat kepada negeri Indonesia tercinta, termasuk tidak pernah menjual aset negara, menyelewengkan hak rakyat dan masyarakat, tidak pernah atas nama rakyat miskin meraup keuangan sebesar-besarnya untuk kepentingan pribadi dan kelompok serta partainya.

Sebuah refleksi kemerdekaan Indonesia ke-73, suara sumbang bahwa kekayaan di bumi Indonesia hanya dikuasai segelintir orang, bahkan sebagian besar bukan pribumi.

Sementara posisi pribumi terus diminggirkan tanpa mampu menikmati pembangunan di kota-kota besar atau jalan tol sekalipun, karena mahal dan tidak mampu menjangkau ekonomi kelas bintang itu. Adakah sebuah perubahan untuk menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (*)