Keikhlasan sang pelacur ini menyebabkan masuk surga. Demikian juga pelacur tua ini memilih bertobat dengan mengisi hidup penuh ibadah.
Tetapi berbeda dengan pelacur tua yang berakhir di lokalisasi rel kereta api Wonokromo Surabaya, tetap memilih pekerjaan penjual diri, bahkan memilih pelanggan murid sekolah dasar sekali pun, guna menyambung kehidupan esok hari.
Pelacur sepanjang hidupnya ini hanya mengisahkan walaupun melakukan pekerjaan buruk atau terburuk, namun dalam hidupnya tidak pernah mengambil harta benda milik orang lain, apalagi ikut melakukan korupsi berjamaah bersama koruptor, atau ikut terlibat jual beli suara pada saat Pileg, Pilpres maupun Pilkada.