Mahfud melanjutkan, ketika keluar Istana, dia ditelepon oleh mantan wakil ketua NU untuk bertemu dengan Cak Imin. Awalnya Mahfud tak mau, namun pada akhirnya dia bersedia bertemu di suatu tempat. Pada pertemuan tersebut, Cak Imin mengungkap bahwa mereka dipermainkan politik.
“Muhaimin bilang ‘kita dipermainkan politik. Bukan saya yang bilang Pak Mahfud bukan kader NU’. Ya saya tahu sejak tahun 2008 tidak di PKB. Gimana main ancam-ancam, yang nyuruh Kiai Ma’ruf Amin,” kata Mahfud.
Pada hari Rabu (8/8) pukul 1 siang, lanjut Mahfud, Jokowi memanggil Kiai Ma’ruf Amin dan Cak Imin guna membahas cawapres. Presiden tidak menyebut nama cawapres, hanya bertanya dan meminta saran siapa yang bakal dijadikan cawapres. Mereka lantas berkesimpulan bahwa mereka tidak dicalonkan.
“Lalu Kiai Ma’ruf bilang, ‘Kalau gitu kita (NU) nyatakan kita tidak bertanggung jawab atas pemerintahan ini kalau bukan kader NU yang dijadikan cawapres’. Kata itu didikte. Itulah permainan (politik),” ungkap Mahfud.
Mahfud juga keberatan atas tuduhan bahwa dirinya bukan kader NU. Dia bersekolah di NU, masuk dalam kepengurusan NU. Bahkan, pada 2014 Ketua PBNU Said Aqil Sirojd menelepon dirinya dan memintanya membantu Prabowo mencalonkan diri agar ada kader NU.
“Saya katakan begini, saya ini orang NU tapi mau berangkat bukan sebagai kader NU, tapi kader bangsa. Kenapa NU ngancam-ngancam kalau NU gak mau beraksi? Lahir batin saya NU. Warga NU itu 91juta. Ini udah selesai, tapi semua sumber yang saya sebut bisa dipertanggung jawabkan,” tuturnya. (ais)