KSSK Cermati Tekanan Pada Kurs dan SBN

KSSK Cermati Tekanan Pada Kurs dan SBN
Sri Mulyani

Jakarta – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mencermati adanya tekanan pada nilai tukar dan Surat Berharga Negara (SBN) pada triwulan II-2018 yang berasal dari ekspektasi lanjutan kenaikan suku bunga acuan The Fed dan sentimen perang dagang AS dengan mitra dagang utama.

“Risiko ini bersumber dari spillover kenaikan lanjutan fed fund rate dan perang dagang AS dengan mitra dagang utama,” kata Menteri Keuangan selaku Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati dalam jumpa pers perkembangan sistem keuangan triwulan II-2018 di Jakarta, Selasa.

Ikut hadir dalam jumpa pers rapat berkala KSSK ini Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Halim Alamsyah.

Dalam mengantisipasi ketidakpastian ekonomi global tersebut, Sri Mulyani menyampaikan KSSK telah melakukan penilaian dan mitigasi berbagai potensi risiko yang dapat menganggu stabilitas sistem keuangan.

“KSSK berkomitmen memperkuat koordinasi untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah meningkatnya tekanan global,” ujarnya.

Dalam periode ini, pergerakan nilai tukar rupiah ikut tercatat rata-rata sebesar Rp14.420 per dolar AS atau mengalami perlemahan sebesar enam persen year to date, meski lebih rendah dibandingkan mata uang negara berkembang lainnya seperti Filipina, India, Afrika Selatan, Brasil dan Turki.

Meski demikian, berdasarkan pemantauan lembaga anggota KSSK terhadap perkembangan perekonomian, moneter, fiskal, pasar keuangan, lembaga jasa keuangan dan penjaminan simpanan selama triwulan II-2018, KSSK menyimpulkan bahwa stabilitas sistem keuangan tetap terjaga meski terdapat tekanan global.