Pada Tahun 2016 neraca perdagangan mengalami surplus Rp. 100, 5 triliun. Angka tersebut meningkat menjadi surplus Rp. 164,49 triliun. “Di provinsi yang kami ajak kerjasama melalui KPDnya, mengalami peningkatan kesejahteraan masyarakat di proses produksi dan pasar. Hal tersebut berlangsung sangat cepat karena dampak positif adanya KPD,” tuturnya.
Kerjasama antar daerah, lanjut Pakde Karwo juga harus didukung dengan informasi teknologi. Saat ini, Jatim memiliki Jatim Smart Economy. Berbagai kebutuhan dan ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan bisa dimasukkan di dalam database ini. Didalamnya, masyarakat bisa mengetahui berapa besar laporan investasi secara realtime, prediksi inflasi, prognosa produksi , ketersediaan bahan baku dan pengembangan UMKM. “E-raw material bisa dimasukkan didalamnya,” ujarnya sambitl menambahkan juga adanya smart factory yang berisi data base perusahaan di kota yang bekerjasama dengan Jatim.
Pakde Karwo mencontohkan Jatim membutuhkan tepung singkong untuk produksi Chail Jedang di Jombang. Setidaknya membutuhkan 1 juta ton untuk produksi. Bahan baku tersebut juga bisa dikerjasamakan dengan daerah lain.
”Kerjasama Jatim dengan Kalimantan Utara adalah mengirimkan transmigran yang dibiayai APBD. Mereka tersebar di Bulungan untuk mengajarkan menanam jagung,” ungkapnya.
Sementara itu, Gubernur Kalimantan Utara, Irianto Lambrie memuji potensi luar biasa Pakde Karwo.
Selama memimpin Jatim dua periode, banyak prestasi yang telah diraih. Salah satunya, perekonomian Jatim yang terus meningkat, meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat, dan berkurangnya angka pengangguran. “Pakde Karwo merupakan pemimpin yang selalu memiliki inovasi untuk memajukan wilayahnya,” jelasnya.
Dengan didukung dengan kekayaan alam yang besar, dan memiliki wilayah yang strategis, Jatim bisa cepat berkembang. Potensi tersebut akan menjadi sia-sia apabila tidak didukung dengan adanya pemimpin yang berkompeten. “Pakde Karwo dsn Jatim luar biasa,” pujinya. (jon)