JAKARTA – Lima kali berada dalam satu grup yang sama dari enam kali penampilan di putaran final Piala Dunia. Sedekat itulah pertalian nasib tim nasional Nigeria dengan Argentina di kancah tertinggi sepak bola sejagad itu.
Hanya saja, dalam lima kali pertemuan itu pula, Nigeria selalu berakhir dengan nasib yang tidak lebih beruntung dibandingkan negara yang telah mengoleksi dua trofi Piala Dunia tersebut.
Kekalahan seolah menjadi teman sejati Nigeria tiap kali harus menghadapi Argentina di fase grup putaran final Piala Dunia.
Setelah kalah 1-2 pada 1994, 0-1 pada 2002, 0-1 pada 2002 dan 2-3 pada 2014, Nigeria berpeluang untuk meraih satu poin pertamanya dari negeri kelahiran Si Tangan Tuhan itu kala bertemu pada laga penentuan penyisihan Grup D Piala Dunia 2018 di Stadion Krestovskyi (nama resminya Stadion Saint Petersburg) di Sankt Petersburg, Rusia, Selasa (26/6) malam setempat.
Bukan hanya meraih poin pertamanya dari laga kontra Argentina, Nigeria juga berpeluang untuk memaksa La Albiceleste pulang dari Rusia.
Adalah “makhluk” baru bernama Asisten Video Wasit (VAR) yang membantu Nigeria merekahkan harapan mereka untuk meraih poin dan sekaligus melangkah ke putaran 16 besar Piala Dunia 2018.
Tindakan gegabah pemain gaek Argentina, Javier Mascherano, yang menarik hingga menjatuhkan Leon Balogun dengan sengaja di dalam kotak penalti di tengah-tengah situasi sepak pojok, membuat Cuneyt Cakir asal Turki meminta pengamatan VAR.
Gelombang protes dan adu argumentasi di hadapan wajah Cakir dari para pemain kedua tim, seolah menjadi angin lalu bagi wasit yang akhirnya membuat gestur kotak dengan kedua telunjuk tangannya menandakan Nigeria berhak untuk mendapatkan tendangan penalti atas pelanggaran tersebut.
Pemain sayap Chelsea, Victor Moses, terus berusaha tenang menghadapi bola di titik putih, sementara adu mulut masih terjadi di tepian kotak penalti.
Sepakan lemah namun terarah yang dilepaskan Moses berhasil mengecoh penjaga gawang Franco Armani, yang kali ini dipercaya Jorge Sampaoli untuk berdiri di bawah mistar gawang ketimbang Willy Caballero yang sudah kebobolan empat gol di dua laga sebelumnya.
Gol Moses membatalkan keunggulan 0-1 milik sang lawan yang diperoleh lewat gol Lionel Messi, mengubah kedudukan menjadi 1-1 dan membuat harapan Nigeria–untuk menghapus catatan buruk selalu kalah melawan Argentina di Piala Dunia–sekaligus melangkah lolos dari Grup D kian bungah.
Belasan menit berselang, VAR kembali ditinjau oleh Cakir saat bek Manchester United, Marcos Rojo, dicurigai melakukan pelanggaran handball alias menyentuh bola dengan tangan secara sengaja.
Momen itu seolah memperbesar peluang Nigeria untuk mematikan mental para pemain Argentina, namun Cakir yang tak puas dengan informasi yang didapatnya dari alat komunikasi earset yang tertanam di telinga kirinya akhirnya mendatangi tepi lapangan untuk menyaksikan langsung insiden yang dipermasalahkan.
Tayangan ulang memperlihatkan bola mengenai tangan kiri Rojo, setelah sundulan halauannya justru membelokkan bola ke bagian tubuh terlarang itu.
Akan tetapi, Cakir yang kembali merapat ke tengah lapangan memutuskan bahwa Rojo tidak melakukan pelanggaran handball, boleh jadi karena dianggap tidak secara sengaja menyentuh bola dengan tangan.
Pun demikian, keputusan VAR tersebut tak menyurutkan harapan Nigeria, yang malah kian berkembang kala waktu normal pertandingan terus mendekati akhirnya.
Namun, pada menit 86, harapan itu runtuh, hancur berkeping-keping. Rojo, kembali menjadi aktor dari insiden pilu tersebut. Sepakannya di hadapan gawang menyambut umpan silang Gabriel Mercado berhasil mengarahkan bola ke sudut tiang dekat, tak terjangkau kiper Francis Uzoho.