“Saya kira jasa terbesar Bung Karno ialah Pancasila. Di mana, hijau terus maju dan ikut mengurus Negara. Begitu juga Nasionalisme akan semakin kuat gerakannya,” terang mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu.
Oleh sebab itu, lanjut Mahfud, kombinasi ini menjadi hal penting di semua level di Indonesia. Baik di tingkat birokrasi, tingkat pemikiran ideologis maupun tingkat praktis. Sehingga keluarnya produk Nasional Indonesia yang agamis.
“Pidatonya Bung Karno ini bukan negara agama dan bukan negara sekuler. Nah, disitulah ketemu efektivitas sehingga keluar kebersamaan yaitu hukum Nasional,” jelasnya.
Menurut Mahfud, sekarang ini sudah ada unsur dari luar yang ingin memisahkan kebersatuan hijau dan merah. Kekuatan luar inilah yang ingin memecah belah Indonesia. Mahfud mengatakan ideologi baru yang dibawa inilah yang tidak mengerti sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
“Mereka ingin mendirikan Negara model baru, taruhlah khilafah. Mereka yang sering muncul itu kan sebenarnya membawa ide-ide dari luar. Dan mereka ini anak-anak Indonesia yang lahir sesudah tahun 50-an sesudah tahun 60-an belajar ke sana. Mereka tidak memahami pesan sejarah bangsanya bahwa sebenarnya umat Islam dulu Sudah membicarakan ini dan sudah sampai final mendirikan Negara kesepakatan namanya Darul Haditz,” ungkapnya. (med)